Jumat, 21 Oktober 2016

Indonesian South Sea Pearl: Punya Kita, Buat Siapa?

:: photo by Rachael Crowe (picjumbo) ::

Siapa sih yang tak kenal mutiara? Benda mungil bulat yang umumnya berwarna putih tersebut paling banyak diketahui sebagai bahan perhiasan wanita—untuk kalung, anting, atau cincin. Meski begitu, nggak banyak orang (wanita sekalipun) yang benar-benar ‘mengenal’ mutiara. Saya sendiri termasuk yang blank soal mutiara, meski termasuk pengagumnya. Menurut saya, mutiara yang nampak simpel namun selalu cantik itu merupakan representasi classic beauty yang elegan. Sederhana, tapi sangat berharga.

Saya semakin kagum dan semakin penasaran dengan mutiara, saat berkesempatan hadir di Pre-Event Gathering 6th Indonesian Pearl Festival, Rabu 12 Oktober 2o16 lalu. Dalam acara tersebut dipaparkan sejumlah fakta dan data seputar mutiara serta budidayanya di Indonesia.


Secara umum, ada 4 jenis mutiara yang terkenal di dunia:


Dari keempat jenis mutiara ini, south sea pearl dikenal sebagai mutiara dengan kualitas terbaik. Adapun untuk menilai kualitas mutiara digunakan kriteria 4S1C sbb:
         Shape atau bentuk, yang sempurna adalah yang berbentuk bulat simetris
         Shine atau kilau. Semakin berkilau, semakin baik.
         Surface alias kemulusan permukaan mutiara.
         Size atau ukuran; semakin besar maka semakin berharga. Diameter mutiara mulai dari 9 sampai dengan 22 mm, dengan rata-rata 12-13 mm.
         Color atau warna. Mutiara asli terdiri dari warna putih, gold, champagne, serta pinkish.

Selain kelima hal tadi, ada 1 lagi kriteria mutiara yakni Price atau Harga. Nah, ini dia yang bikin mutiara seolah menjadi barang ekslusif—karena harganya yang relatif mahal. Di pasaran internasional harga south sea pearl dapat mencapai antara $10.000 sampai $300.000 atau sekitar Rp 120 juta sampai 3 M. But you know what? Harga mutiara yang tinggi itu sesungguhnya sangat worth it, sepadan dengan proses pembuatannya yang sulit, makan waktu lama (butuh sekitar 4 tahun sampai panen!), dan sangat alami.

Bicara soal alami, saya juga baru tahu bahwa mutiara adalah satu-satunya dari 5 jenis gemstones atau batu mulia (diamond, sapphire, emerald, ruby, pearl)  yang berasal dari makhluk hidup. Amazing! Hebatnya lagi, the mother of pearl yakni kerang/cangkang mutiara juga berharga dan bermanfaat; dapat digunakan sebagai perhiasan, alat makan, ataupun bahan dalam kosmetik.

MENGUAK TABIR MUTIARA LAUT SELATAN
Sempat tercekat ketika saya membaca data yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan penghasil south sea pearl terbesar di dunia, mengungguli  Filipina, Australia, Myanmar, dan berbagai negara lainnya. Bahkan menurut data yang ada, tidak kurang dari 70% perdagangan mutiara di dunia sebenarnya merupakan Indonesian South Sea Pearls (ISSP) alias Mutiara Laut Selatan asal Indonesia. Sayangnya, banyak ISSP yang telah dibawa ke luar negeri, kemudian diperdagangkan secara bebas dengan berbagai brand berbeda. Waduh!

Tentunya kita tidak bisa menyalahkan negara-negara lain yang mendapatkan keuntungan dari perdagangan mutiara asal Indonesia tersebut. Instead, banyak hal yang perlu dibenahi di negeri sendiri—mulai dari pengenalan lebih dalam dan kepedulian terhadap mutiara sebagai kekayaan laut Indonesia, sampai menjaga etika bisnis yang jujur dan transparan agar budidaya mutiara di negara kita dapat berjalan optimal.  

Di Indonesia, budidaya mutiara laut selatan tersebar di 12 provinsi: Sumatera Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku, serta Papua Barat. Peluang bisnis mutiara ini terbuka luas di tanah air, nilai perdagangannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain sebagai sumber devisa negara, Data Ditjen PDSPKP (Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan) mengungkapkan sekurangnya ada 53.000 tenaga kerja yang diserap dari industri ini.



Kilau bisnis mutiara laut selatan Indonesia akan semakin bersinar apabila semakin banyak investor—dari dalam dan luar negeri—yang mempercayakan asetnya untuk pengembangan budidaya mutiara. Untuk itu, pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya; mulai dari mempersiapkan  petugas penguji mutu, membuat aturan pengendalian mutu, menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI), serta menyelenggarakan ajang promosi tahunan.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, juga menyatakan dukungan pemerintah berupa kepastian penegakan hukum terhadap bentuk kriminalisasi apapun di industri ini. “Kepastian penegakan hukum akan menumbuhkan iklim investasi sehat, termasuk bidang budidaya dan kerajinan mutiara,” ungkapnya.  Ibu Susi meyakinkan bahwa Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah kepemimpinannya akan bebas dari pungutan liar.
:: pic source: DailySylvia ::
In return, Ibu Susi berharap para pengusaha di industri ini akan menjalani bisnisnya dengan jujur, transparan, dan ber-etika. “Transparansi sangat penting. Buka data yang real, jangan sampai orang luar lebih kenal mutiara Indonesia daripada orang dalam negeri. Selain itu, jalankan bisnis dengan common sense. If it doesn’t make sense, it won’t be right!” tegasnya.

Indonesian South Sea Pearl adalah milik Indonesia. Mari bersama kita jaga harta karun kelautan kita ini. Punya kita, mestinya buat kita juga hasilnya.   

6th INDONESIAN PEARL FESTIVAL  

Sebagai langkah pengenalan, penguatan branding, sekaligus ajang promosi Indonesia sebagai penghasil mutiara laut selatan terbesar di dunia, Kementrian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia kembali menggelar event tahunan Indonesian Pearl Festival. Tahun 2016 ini,  6th Indonesian Pearl Festival: The Magnificient Indonesian South Sea Pearl akan berlangsung pada 9-13 November di Lippo Mall Kemang, Jakarta.

Indonesian Pearl Festival (IPF) tahun ini akan menghadirkan pameran mutiara terbesar, lelang mutiara, edukasi tentang mutiara, serta klinik mutiara dan focus group discussion. Di acara ini kita bisa belajar segala hal seputar mutiara—termasuk cara awam dan mudah untuk menguji apakah mutiara milik kita itu asli. Bagi kita yang ingin memulai atau sudah berkecimpung dalam bisnis mutiara, di ajang tersebut kita dapat membeli banyak mutiara berkualitas tinggi dengan harga bersaing. Wow. Benar-benar nggak boleh terlewatkan, nih!

Berbagai kompetisi pun digelar untuk mendukung acara ini; Lomba Desain Perhiasan Mutiara, Lomba Foto Panorama Kelautan Indonesia, serta Lomba Menulis Blog bertema “Menguak Tabir Indonesian South Sea Pearl Indonesia”-- Postingan ini saya tulis dalam rangka meramaikan lomba menulis blog tersebut *wish me luck!*


Untuk informasi lebih lanjut mengenai 6th Indonesian Pearl Festival, kunjungi akun Facebook: Indonesian Pearl Festival 2016, Twitter: @indpearlfes2016, ataupun Instagram: indonesianpearlfestival2016.


22 komentar:

SATU JAM mengatakan...

tokoh yang satu ini memang luar biasa. Salut dengan keberaniannya...

Arisman Riyadi mengatakan...

Wah... Semakin keren kalo kita tahu berbagai hal ttg Indonesia...

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: SATU JAM ::
"tokoh" yg dimaksud itu Ibu Susi kah? Klo iya, yes saya setuju bgt, beliau memang sangat berani dan menteri paling rock n roll! ^__^

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Aris ::
iya yaaa.. makin tahu banyak fakta ttg Indonesia jadi makin kagum dan cinta <3

Mirna Kei Rahardjo mengatakan...

wih hasilnya sampe ton ton an ya... kaya indonesia cuma kurang tau aja... wah thank you sharingnya

My Self mengatakan...

Waw artikel nya keren jd paham ttg mutiarq

Rey Janecekova mengatakan...

Waw..setelah baca artikel ini baru tau ternyata pearl itu nggak cuma ada warna putih doang... ��

Widya Candra Dewi mengatakan...

Indonesia menguasai penjualan mutiara 70%, sangat lebih dari keren. Tapiiii, hmmmm....

nursaidr mengatakan...

Ikut menyimak... ☺

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Mirna Kei Rahardjo ::
iyaaa sampe ber-ton ton begitu loh. Indonesia memang sebenernya kaya raya :') makasih ya udh mampir di sini..

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: "My Self" alias Indra Hutapea ::
makasih banyaakkk ito Indra

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Rey Jenecekova ::
mutiara pinkish itu katanya yg favorit juga selain putih, kak Rey..

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Widya Candra Dewi ::
yaaaa gitu deh :')

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Nur Said R ::
makasih udh mampir mas Said!

OretanDinsil.blogspot.com mengatakan...

Good article. Saya sebenernya tau sedikit juga. Btw ada yg mau saya tanyakan. Harga mutiara itu standard atau sdh diatur seperti logam mulia? Diukur dari apanya jika memang mutiara tsb bagus dan harganya menjadi mahal. Dimana bisa dilakukan transaksi mutiara tersebut. Apa harus di toko tempat kita jual beli saja. Apakah sama seperti emas? Mohon di jelaskan bun sonya...

Mas Halfi mengatakan...

Sangat informatif dan cukup lengkap, akan lebih bagus jika pola penulisannya diperbagusi. Mulai dari tata letak, grafis, penyajiam data dan ada beberapa kalimat yang masih typo. Semoga juara

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Dinsil Mano ::
Hai bunda DinSil, makasih udh mampir di sini :) Sepengetahuan saya, harga mutiara ditentukan dari berbagai kriteria yg saya sebut di atas 4S1C (Shape, Shine, Surface, Size, Color). Tapi soal standardisasi harganya seperti apa--samakah dgn emas, saya jujur kurang paham. Saran saya, bun DinSil sempatkan mampir ke Indonesian Pearl Festival tgl 9-13 November nanti di Lippo Mall Kemang; di sana pasti semua pertanyaan bunda bisa terjawab ^__^

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Mas Halfi ::
makasih atas kritik dan sarannya ya Mas Halfi :)

liz mengatakan...

Mutiara Indonesia ibarat gajah di pelupuk mata tak tampak. Dikagumi mancanegara, tak dikenal saudara sebangsa

Unknown mengatakan...

budidaya mutiara bisa jadi alternatif nelayan lokal untuk nambah penghasilan sepertinya..

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: liz ::
ahhh on point! bisa dibilang demikian ya mbak.. cukup ironis. makanya jadi PR bersama utk semakin menggaungkan soal mutiara milik bangsa sendiri

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Putri Wijaya ::
Sepertinya begitu :) tentunya perlu skill yang mumpuni juga, krn setau saya budidaya mutiara cukup rumit dan butuh ketelatenan. terima kasih sdh mampir di sini yah..

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!