Kamis, 06 Desember 2012

The Great Expectation

Sabtu pagi, 12 Juni 2010, untuk kesekian kalinya aku mencoba test pack. Karena sudah beberapa kali kecewa—melihat hasil negatif—hari itu aku mencoba untuk tak terlalu berharap. Saat itu aku dan suamiku memang sudah sangat merindukan kehadiran seorang buah hati, apalagi usia pernikahan kami sudah sekitar 9 bulan.

Tersentak rasanya di kamar mandi ketika melihat ada 2 garis tercetak di test pack. Positif? Really? Bergegas aku kembali ke kamar tidur, hendak memberitahu suamiku. Masuk ke kamar, ternyata suamiku sedang menjalani ritual doa pagi yang biasa dilakukannya. Jadilah dengan perasaan tak menentu aku menunggunya selesai berdoa. Begitu dia selesai berdoa, membuka mata dan berbalik ke arahku, aku memandangnya sambil menunjukkan hasil test pack. “Dua garis, positif bang…” ujarku dengan sedikit bergetar. Suamiku langsung memelukku dengan erat, “Puji Tuhan!” jawabnya. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Kami berdua kemudian tertawa sekaligus terisak, sambil terus berpelukan. Ah, memang campur aduk perasaan kami saat itu.

Rabu, 07 November 2012

Help! I'm Stressed

Sama sekali bukan post yang saya inginkan jadi artikel ketiga di blog ini. Malah sbny saya nggak pengen sama sekali punya post yg beginian--soal betapa stresnya saya saat ini. Tapi apa boleh buat, ini yg skrg sedang saya rasakan, dan spt yg saya tulis di post sblmnya, saya ingin blog ini juga bisa jd terapi 'pelepasan' buat saya.

So yeah, I'm under a lot of stress right now. Nggak tau musti mulai cerita dari mana, karena stres ini sbny udah tumpukan dr berbagai hal, jd udh ga bisa dicari ujung pangkal awal penyebabnya. Yang bisa saya ceritain mungkin dampak terakhirnya, puncaknya yang adalah tadi malam saya berpikir untuk mengakhiri hidup saya ini. *hah? seorang Sonya mau bunuh diri? lagi hamil 7 bln pula? apa2an ini???* kalo ini yg ada di benak kamu yg lg baca post ini skrg, sama kok, saya juga berpikir begitu. kenapa? ngapain? buat apa?

Untungnya semalem itu cuma pikiran singkat sementara, bukan sesuatu yg udh direncanakan masak2 *dan untungnya bunuh diri spontan itu nggak gampang, perlu well-planned*. Jadi yg gw lakukan adl malem2 keluar rumah sendirian, sambil nangis tersedu-sedu, berharap tiba2 bisa ketabrak aja gitu karena ga konsen. Kalo di sinetron2 sih skenario kayak gitu standar bgt ya, tp kenyataannya biarpun banyak pikiran dan nangis sambil jalan kaki di tengah malem, kita msh dikasi refleks kok buat menghindari bahaya. Jadi hasil akhirnya saya sama sekali nggak mati, atau bahkan mengalami kecelakaan, cuma mungkin bikin org2 yg sempet liat kebingungan aja: "kok ada ibu hamil jalan2 sendirian malem2 pake jaket kupluk dgn aer mata berlinangan?"

Trus kenapa sih semalem saya bisa2nya kepikiran & melakukan hal kayak gitu? Kalian semua yg perhatian--sebagian lg mungkin cm kepo sih--pasti bertanya-tanya. Kalo diringkas sih mungkin jawabannya "family matters" alias "masalah keluarga". Intinya, saya merasa jadi sumber masalah/chaos di tengah keluarga, makanya saya berpikir kalau saya dieliminasi dr dunia ini, mungkin anggota keluarga yg lain bakal bs lbh bahagia.

Saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Punya 2 org abang yg masing2 sdh menikah; abang pertama pny 2 org anak dan abang yg kedua pny 1 org anak. Saya juga sdh menikah dan pny seorg anak, serta sedang mengandung anak kedua. Orangtua saya tinggal mama, krn papa sdh dipanggil Tuhan hampir 2 tahun yg lalu. Layaknya keluarga2 lain, pasti ada dinamika dan konflik di tengah keluarga kami. Sampe saat ini nggak ada konflik yg besar--apalagi sampe konfrontasi--di antara kami. Justru orang ato keluarga lain selalu melihat kami sbg keluarga yg cukup kompak. Masalahnya memang konflik atau masalah itu biasanya cuma jadi 'omongan' di antara kami pribadi. Misalnya, suami saya mengeluhkan soal mama atau abang2 saya; juga sebaliknya mama komplain hal2 tertentu dr suami saya; atau abang2 saya biasanya suka nyeletuk atau ngebanyol yg sifatnya nyindir ke suami dan saya. Yah hal2 begitulah. Wajar kan ya?

Tapi... ibarat lantai kamar mandi jd licin klo ga dibersihin dr sisa2 sabun dan air yg dipake mandi tiap hari, saya pun terpleset tadi malam. Saya merasa sdh bener2 capek. Capek berada di tengah2 semua ketidakpuasan org2 di sekeliling saya. Tanpa dia sadari, saat suami saya mengeluh soal mama dan abang2 saya, saya merasa disalahkan. Begitu juga sebaliknya, mama yg kerap komplen mengenai sikap ato kebiasaan tertentu dr suami jd terasa jd beban berat buat saya. Saya merasa semuanya salah saya, karena sayalah maka suami 'terpaksa' jadi menantu mama dan iparnya abang2 saya, karena sayalah maka mama pny menantu pria satu2nya dgn segala sifat yg dia gak suka. Iya kan? Semua salah saya, kan?

Meskipun sbny gak pernah ada yg menyalahkan saya, tapi itu yg terasa, itu yg tersimpan, karena kesalahan2 itu semua dikeluhkannya ke saya. Dan repotnya lagi, saya nggak bisa menumpahkannya ke siapa2. Jadi penengah saya nggak mampu dan nggak ngerti cara ngomongnya, jadi pendengar saja bikin kepala saya 'penuh', mau cerita ke org lain sama aja buka aib keluarga.

Sampe skrg rasanya kepala dan dada ini msh sesak. Entah sampe kapan, dan entah gmn solusinya--skrg saya blm tau. Yang saya tau, memutuskan utk mengakhiri hidup bukan pilihan. Tuhan yg kasih kehidupan, cuma Dia yg berhak mengambilnya dari saya. Maafkan saya ya Tuhan, ampuni saya, kuatkan saya dan buat saya mengerti rencanaMu.

Sabtu, 27 Oktober 2012

apalah arti sebuah nama?


Bukan, blog post yang ini bukan mau bahas arti nama saya atau nama anak saya kok, hehe.. Masih dalam rangka post pembukaan--artikel kedua, kayaknya ada baiknya saya nulis soal pemilihan nama blog ini. Ceritanya makna filosofis di balik www.mylife-ourlove-thelessons.blogspot.com dan judul "life.love.lessons" yang tertulis gede2 di atas.

First of all, blog ini niatnya mau saya gunakan sebagai jurnal hidup saya (baca: kayak diary waktu jaman SMP dulu looohh). Tentunya saya sadar blog ini terbuka dan bisa dibaca oleh siapa saja, jadi pastinya yang saya tulis juga nggak semua hal di hidup saya. Pada dasarnya, saya memang tergolong ekstrovert dan terbuka, but I can--and will--keep some private things lah pastinya :) Membagi kehidupan pribadi di blog ini buat saya akan jadi terapi pelepas uneg2 *supaya nggak numpuk dan jadi stres*, plus sebagai reminder dan penyimpan memori.  

*self reminder: saya pernah sekece ini dulu waktu msh single. harus bisa kayak gini--ato malah tambah oke--setelah punya anak dua. ahahahah :))
Selain soal pribadi, blog ini juga mau saya pakai untuk cerita seputar keluarga, sahabat, teman-teman, bahkan semua orang yang berinteraksi dengan saya. Sisi relationship ini yang saya sebut sebagai "love" atau "our-love" pada nama blog. Jadi bukan cuma romantisme antara saya dan suami loh yaaa *jadi jangan ngarep ada post semacam cerita dewasa deh di sini, huehehe* Biarpun judulnya love, buat saya cinta itu universal, dan saya termasuk orang yang percaya bhw cinta atau kasih harus jadi dasar kita melakukan segala hal di dunia ini.

I love my family!
*including the baby in my tummy yg belom keliatan wujudnya*

 
I love my work as a writer :)


Last but not least, saya berharap tulisan2 di blog ini bisa jadi 'lessons' buat yang membaca--entah itu jadi inspirasi, pelajaran, hiburan, masukan, tamparan, dan sebagainya. Happy reading!

Rabu, 24 Oktober 2012

"penulis kok nggak punya blog?"

Yak. Blog ini resmi saya buka, setelah beberapa waktu lamanya cuma jadi rencana, harapan, dan impian semata *deuh, sok berat deh bahasanya*

Sebenernya sih rada malu baru buka blog sekarang, padahal profesinya penulis. Apalagi field kerjanya yg utama jg media online (yuk dibuka ya www.dailysylvia.com), rasanya kok aneh kalau sekedar blog aja nggak punya... iya kan? Sebelum ini sempet sih punya blog di multiply, yang awalnya blog utk undangan pernikahan dan niatnya mo jadi semacam jurnal rmh tangga kita, tapi akhirnya suami ngerasa ga punya waktu utk ngeblog, dan saya nggak sreg rasanya ngisi blog yg itu dengan cerita2 saya sendiri (soalnya kan alamatnya pake nama berdua).

So, this is it. Semoga kali ini saya bisa bener2 konsisten rajin ngepost dan update, di tengah-tengah keribetan merawat Shalom, menjalani kehamilan, menjalani keharmonisan suami-istri *haseek*, mengerjakan semua tugas freelance writing, dan menunaikan peran-peran lainnya.