Selasa, 29 Oktober 2013

Bumer Bukan 'Bummer'

Kalo biasanya nulis blog post ato artikel trus mandek karena ga nemu judul, kali ini malah sebaliknya. Saya justru tergerak utk nge-post karena judul di atas udah melayang di otak beberapa waktu lamanya. Istilah BUMER adalah singkatan untuk iBU MERtua, yang sering saya baca di salah satu komunitas (group) ibu-ibu di Facebook. Waktu pertama kali membacanya, spontan saya teringat kata BUMMER dalam bahasa Inggris. "Aw.. bummer!" adalah contoh pemakaian istilah bummer yang umum, dan dlm bahasa Indonesia artinya kira-kira "Ah, sial!".

Bumer dan Bummer. Kalau cuma sekedar mirip penulisannya aja, pasti saya nggak terdorong utk bikin tulisan ini. Masalahnya, sejak join grup Facebook berisi bu'ibu, saya sering banget menemukan curhat keluhan soal ibu mertua. Yes, it's a classic thing. Drama antara ibu mertua dan menantu, terutama menantu perempuan. Jadi kayaknya sosok bumer itu emang identik jadi 'bummer' buat kita (bu'ibu alias mantu). Ya gak sih?

Tentu, selalu ada pengecualian. Saya nggak pernah percaya dengan generalisasi. Saya tau dan yakin pasti ada (dan banyak juga) sebenarnya menantu dan mertua yang kompak, akrab, tanpa drama. Tapiiiii rasanya nggak berlebihan sih klo saya klaim bahwa MAYORITAS perempuan menikah (pernah atau masih) punya konflik dgn ibu mertua. Entah itu cuma konflik di hati--alias sering nahan nyesek di dada, atau malah konflik terbuka. Baik dalam hal sepele sehari-hari, atau menyangkut suatu masalah yang serius. Whatever that is.

Iya, saya juga. Haha :D



Puji Tuhan sih sampe skrg konflik saya pribadi dgn ibu mertua hanya sebatas hal-hal sepele, dan cuma konflik di hati. Wajar lah kalo ada perbedaan pandangan, sikap, atau perilaku antara saya dan ibu mertua; yang terkadang bikin mikir "duh, kok gitu sih?" Saya yakin beliau juga pernah *atau malah sering, yak? hehe* membatin demikian tentang saya.

Terima gak terima, yang namanya perbedaan memang bisa jadi pemicu konflik. Kalo di antara saya dan ibu mertua, perbedaan itu terasa nyata dan bikin geregetan saat menyangkut pola asuh. Yup, cara saya dan cara ibu mertua saya mengasuh Shalom dan Glow memang kerap berbeda, ya namanya juga beda jaman--beda referensi, beda pengalaman, dan seterusnya.

Jujur nih, hal seperti ini dulu pernah bikin saya murka dan down banget! Rasanya pengen bilang "Woy, itu anak gue! Kasih kesempatan dong buat kami mengasuh anak dengan cara kami. Lo kan udah ngerasain ngasuh 3 anak. Sekarang giliran anak lo dan mantu lo lah yang ngasuh anaknya. Lo bantu dan dukung aja kaleeee" muahahahhahh.. kasarnya begitu deh :P

Untunglah seiring perjalanan hidup berkeluarga, saya mulai makin dewasa dalam menerima dan menghadapi perbedaan-perbedaan seperti itu. Bukan berarti saya nggak pernah merasakan kesel atau dongkol itu lagi ya, tapi saya belajar untuk toleransi, kompromi, lebih legowo, dan yang terutama adalah belajar mengasihi ibu mertua sebagai ibu saya sendiri. Yang terakhir ini sulit loh! Easy to say, but very very hard to do.

Buktinya kalo mengasihi ibu mertua seperti ibu sendiri itu susah adalah reaksi kita yang berbeda saat ibu mertua dan ibu kita bikin kesalahan/hal yang nggak sreg di hati kita. Saya sendiri, contohnya, kalau kesal dengan ucapan atau tindakan mama, reaksinya bisa diam saja, mewek, atau berdebat sambil mewek *teteup pasti ada aermata jatuh tanpa diundang*. Tapi abis itu, saya bisa merasa case closed, gak diinget-inget lagi masalahnya. Sementaraaa klo ada konflik dgn ibu mertua, saya biasanya memilih diam dan menyimpan kesal di hati, nangis di kamar atau kamar mandi, kadang curhat ke suami, daann meski ga ada niat menyimpan dendam tapi seakan masalah yg ada tersimpan di memori, siap 'dibongkar' next time ada yg nggak sreg lagi dari mertua. Yang kayak gini ini sepertinya terjadi di alam bawah sadar sih *mencari pembenaran diri*.

Ironisnya lagi nih yaaa.. in my case, secara umum dan objektif, ibu mertua saya sebenarnya jauuuuhhh lebih sabar, lebih lemah lembut daripada mama saya yang blak-blakan dan ketus. Hehehe. Tapi tetep aja, saya lebih bisa ngertiin mama saya sendiri :D Ya soalnya kan emang kita seumur hidup sama orangtua kita, makanya kita paham dan bisa nerima karakter mereka. Sementara mertua adalah 'orang(tua) baru' buat kita.

Sulit, tapi bukan mustahil. Berat, tapi pasti bisa!

Kunci utama: jangan pernah bermimpi mengubah si ibu mertua. Instead, perubahan itu harus dari diri kita sendiri.

  • Singkirkan pemikiran bahwa sosok mertua itu jahat, kejam, nggak sayang sama kita seperti ke anaknya, cemburu krn kita istri anaknya, sok tau urusan pola asuh, tukang ikut campur urusan rumah tangga kita, kuno, nggak mengikuti perkembangan jaman, dan hal-hal negatif lainnya. It's in our own mind!
  • Beradaptasilah dengan karakter, perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan mertua.
  • Fokus pada kebaikan atau kelebihan-kelebihan mertua, jangan pada kekurangan/kesalahannya.
  • Selalu ingatkan pada diri sendiri: mertua adalah orangtua dari pasangan kita. Kalau bukan karena si ibu mertua yang melahirkan dan mengasuhnya, nggak akan ada sosok suami kita kan? *asekk*
Hal-hal itu tadi sih yang sudah dan masih terus coba saya lakukan. Puji Tuhan, rasanya makin jarang nyimpen2 konflik hati dgn mertua. Walopun saya nggak belum bisa ngasih contoh sebagai menantu idaman yang kompak harmonis selalu dgn mertua, dgn tulisan ini saya harap banyak menantu yang mau berusaha dan belajar lebih pengertian sama ibu mertua :) Kita kan yang muda, kayaknya wajar deh kalo kita yang beradaptasi dgn mereka, right?

Last but not least, kalo saya sih gak mau nyebut ibu mertua sebagai bumer. Abis ya itu tadi, mirip sama bummer :P nope, ibu mertua saya bukan pembawa sial buat hari-hari saya :) 

Makasih ya inang udah jadi mertua supersabar buat mantu jutek kayak saya. Hehe. Semoga saya bisa meneladani hal-hal baik dari inang, dan lebih bisa pengertian saat kita punya perbedaan-perbedaan. I love you, inang mertuaku!

16 komentar:

Keke Naima mengatakan...

kl sy tinggalnya msh sm org tua. Itu aja pola asuhnya berbeda :D

Fenny Ferawati mengatakan...

Sama orang tua sendiri aja beda pemikiran :D untungnya jauh dari mertua jadi AMAN *hihii

Sonya Tampubolon mengatakan...

@mbak myra: aku abis lahiran anak pertama diboyong ke rmh mertua, krn itu cucu pertama mereka juga.. tapi sekarang di rmh orangtua--nemenin mama stlh menjanda. yes, sama keduanya suka 'bentrok' soal pola asuh. tapi ya itu tadi yg kubilang di artikel, sadar ga sadar masih ada perbedaan respon antara ke mama sendiri dgn ke ibu mertua :P makasih udh mampir ya mbak...

Sonya Tampubolon mengatakan...

@miss fenny: jaahhh kirain AMAN maksudnya udah harmonis dan akur2 selalu.. ternyata krn tinggalnya berjauhan *tepok jidat* :))) makasi udh mampir yaa

Nathalia Diana Pitaloka mengatakan...

tentang respon yg berbeda itu setuju bgt mak..
saya malah ngerasa ga adil sm ibu kandung saya.. klo ada yg ganjel di hati sm ibu kandung, lgsg saya tumpahin semuany.. sdgkn sm ibu mertua, saya malah bs (usaha) lbh sabar huhu..

Sonya Tampubolon mengatakan...

@mbak Nathalia: hehe.. iya, bisa juga begitu ya jadinya :D mudah2an kita belajar lbh sabar sama ibu sendiri juga, dan lbh terbuka sm ibu mertua :) thanks for dropping by!

Hennyyarica mengatakan...

alhamdulillah saya dan mertua akur dan saling ngerti, meskipun mertua saya termasuk cerewet tapi beliau nggak rese' (yg suka rese' malah orang-orang disekelilingnya. *sigh) Sama beliau saya sudah seperti sama mama sendiri, meskipun kelihatan beliau masih sedikit "jaga jarak" sama saya. Ah..saya nggak pengen yang muluk-muluk deh, semoga kami dijauhkan dari penyakit hati.

Anonim mengatakan...

aku mendingan ketemu mertua setahun sekali pas lebaran daripada tiap hari wekekek ini untuk meminimalkan bathinan yang bikin dosa plus biar hidup lebih tenang kayaknya hahaha

Sonya Tampubolon mengatakan...

@mbak henny: amiiiinn. semoga makin kompak yah :) makasih banyak udh berkenan mampir..

Sonya Tampubolon mengatakan...

@mbak shintaries: hehehe... cari jalan aman yeee :P thanks for reading and sharing!

Unknown mengatakan...

Sbnrnya klo kt mau menyisihkan ego kt smtra semua akn baik2 sj...intinya sabar, apalg klo mertua sdh sepuh...disenengin aja maunya ( walo tdk sesuai dg hati, "keep smile")...dg sendirinya beliau akn menyenangkan hati kt pula, krn beliau berpikir mantuku mau mengalah demi aku, ya gpplah aku jg akn mengalah untuknya...( pengalaman aku 14th menjd mantu nie,,,,,semoga Ibu mertua diberi Kebahagiaan di alam sana ) amiiinn...

Vica mengatakan...

paaas banget deh mak... yah gimana sih, mertua kan spt ortu sendiri tapi harus ja'im *tsaah. Yah layaknya gitu kali ya, Mo dibilang org lain ya bukan. Tp setuju bgt dengan pola asuh, ga usah sama mertua, sama ortu sendiri aja beda. Lain orang lain selera, iya ga sih? Dan jeritan hati pun sama juga tuuh. "wooy itu anak gueee...". Salam kenal ya mak.

Sonya Tampubolon mengatakan...

@mbak irowati: wah mataku berkaca-kaca baca komen mbak.. hiks hiks.. iya yah harus belajar menyisihkan ego & menyenangkan mertua :') makasih udah mampir dan berkenan sharing pengalaman ya mbak

Sonya Tampubolon mengatakan...

@mbak Vica: hehe pas yak? salam kenal juga mbak :) thanks for dropping by!

Unknown mengatakan...

"Zapplerepair pengerjaan di tempat. Zapplerepair memberikan jasa service onsite home servis pengerjaan di tempat khusus untuk kota Jakarta, Bandung dan Surabaya dengan menaikan level servis ditambah free konsultasi untuk solusi di bidang data security, Networking dan performa yang cocok untuk kebutuhan anda dan sengat terjangkau di kantong" anda (http://onsite.znotebookrepair.com)
TIPS DAN TRICK UNTUK PENGGUNA SMARTPHONE

Yasinta Astuti mengatakan...

Makasii share nya mbak, ngarep banget bisa kompak sama ibu mertua, bertahun - tahun masih berusaha mengerti.

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!