Jumat, 08 Maret 2013

Suamiku = Kado Ultahku

Besok suami saya ulangtahun. Dan berhubung dia nggak suka kejutan, beberapa hari yang lalu saya tanya padanya mau dibelikan kado apa. Jawabannya diplomatis deh. "Ah nggak usah beli apa-apa. Kamu udah kasih kado paling berharga buatku, dua princess ini," ujarnya sambil mengecup pipi kakak Shalom dan dedek Glow. Tumben jawabannya begini, beda dari tahun-tahun lalu. Mungkin dia mencoba lebih pengertian karena istrinya kerja freelance dari rumah tanpa penghasilan tetap jadi rada kere baru melahirkan 2 bulan lalu jadi masih susah nyolong waktu ke luar rumah ninggalin baby untuk beli kado.

Menyebut pasangan atau anak sebagai kado memang ungkapan yang umum, gombalan standar lah. Eh tapi kalau saya bilang suami saya adalah kado di ultah saya yang ke-26, itu bukan gombal lho! Soalnya, saya memang 'dapat' suami tepat sehari sebelum saya meninggalkan usia seperempat abad. Saya menikah pada 14 Agustus 2009, sementara tiap tanggal 15 Agustus saya memperingati hari kelahiran.



Sedikit flashback (sedikit?! udah lebih dari 3 tahun sih..), ulangtahun saya waktu itu jelas terasa beda. Tepat tengah malam memasuki tanggal 15 Agustus 2009 itu saya sedang melepaskan........ konde.
Ciyus! Walaupun technically itu adalah 'malam pertama' buat kami sebagai suami istri, maap mengecewakan pemirsa yang berharap ada adegan cerita dewasa.


 "Tengah malam baru buka konde??" mungkin hal ini agak sulit dipercaya. But it's true. Jadi gini yah, pernikahan kami kan memakai adat Batak. Yang mana--kalau Anda belum tau--rentetan acaranya paaaaaaaanjang dan laaaaaaaaama. Meski pemberkatan dilakukan pagi hari dan pesta adat dimulai sebelum jam makan siang, tapi acara adat pernikahan kami waktu itu baru kelar sekitar jam 7 malam. Keluar dari gedung Mayoria di daerah Kelapa Gading, saya langsung diboyong ke rumah salah satu saudara dari pihak suami, di bilangan Tebet. Di sana, lanjut lagi dengan semacam acara penerimaan saya sebagai anggota baru keluarga Panggabean. Plus, proses pencatatan sipil pun baru dilakukan malam itu, akibat petugas yang harusnya datang ke gereja pagi itu telat bangun *ngok!*. Acara di Tebet kelar sekitar jam 10an, dan dari sana kami pulang ke rumah mertua saya di Ciledug. Nah tuh, bener kan? Wajar dong kalau tengah malam saya baru lepas konde.


Whoops, sori nih jadi kepanjangan nyeritain soal hari pernikahan, padahal niatnya bikin post bertema "ulangtahun". Eniwei, kalau tadi di awal saya bilang suami adalah kado ultah saya, bukan cuma karena hari pernikahan yang sehari sebelum ultah. Alasan yang lebih spesifik adalah karena sang suami saya yakini merupakan jawaban atas doa saya tepat setahun sebelumnya--yakni di ultah saya yang ke-25. Saya inget banget tengah malam berdoa, dan di antara berbagai pokok doa, terseliplah permohonan sbb: "Tuhan, kalau boleh saya meminta... Saya nggak akan meminta seorang pacar, melainkan seorang suami. Saya meminta dariMu seorang pria yang mencintai Engkau lebih dari segalanya, lebih dari saya mencintaiMu juga. Supaya dia benar-benar bisa menjadi imam buat saya dan keluarga kami nantinya."

Kalau diingat-ingat, aneh juga sih saya memanjatkan doa demikian pada waktu itu. Soalnya saat itu saya sebenarnya sama sekali belum kepikiran mau menikah, karena justru lagi asik2nya menikmati 'masa kejayaan' sbg cewek single yang bekerja di majalah lifestyle dan dekat dengan banyak teman cowok. Free and happy like a bird!
my 25th bday at SPICE! office

Tapi mungkin di lubuk hati terdalam ada kerinduan itu kali yah... to settle down and have a family. Entahlah. Yang pasti doa itu meluncur dari bibir saya, dan Tuhan mewujudkannya lebih cepat dari dugaan saya. Beberapa bulan kemudian, saya 'diberi' cowok yang sejak awal menyatakan cari istri. And there you go... ultah tahun berikutnya saya sudah resmi menjadi miliknya.

Well, that's my unforgettable birthday story. Postingan ini diikutsertakan pada Give Away Ultah Samara.



3 komentar:

Lisa Tjut Ali mengatakan...

suami memang kado yang terindah ya mbak

keluarga Qudsy mengatakan...

Priceless banget yaaa...
Jadi kebayang seandainya dulu waktu saya nikah pake adat Batak yang panjang. Capek mak....

Untung yg diambil cuma manortor saja, selebihnya tidak. Krn saya campuran Batak Jawa :)

Terima ksh sdh berbagi cerita dan ikutan GA Ultah Samara.

Sonya Tampubolon mengatakan...

@mbak Lisa:
ih mbak gombal! kan saya doang yg boleh ngomong gitu..
huehehehe :p
makasi udh mampir ke blog saya yah..

@mbak yani *sok kenal sok akrab*:
yup, panjang dan capek sih, tapi justru itu yg bikin priceless :')
jadi mikir sejuta kali kan klo mo kawin lagi, rempong maaak! ahahahaa :))
makasi udh ninggalin jejak comment di blog ini mbak, salam kenal buat keluarga Qudsy dan terutama buat samara...
*mdh2an saya yang menaaaang*

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!