Minggu, 07 Mei 2017

Hiburan Kekinian ala 'Selebgram'

wah jumlah followers ig aku gak jauh beda dari Aldi dan Billa, cuma beda di huruf "K" doang :'p
ciyan ya. makanya follow aku dong kakaaa: @see_sonya








Tak dapat dipungkiri, pesona selebgram alias seleb Instagram saat ini sangat memikat masyarakat yang sebagian besar merupakan pengguna aktif media sosial. Termasuk saya. Meski konteksnya nggak terlalu serius, beberapa bulan belakangan saya sering pake hestek #menujuselebgram yang menunjukkan besarnya harapan dan upaya saya meraih predikat sebagai selebgram. Hehehe.

Menjadi endorser dan mendapatkan penghasilan dengan cara 'eksis' di dunia maya memang sepertinya menyenangkan sekali ya? Makanya nggak heran kalau selebgram jadi salah satu cita-cita kebanyakan remaja masa kini. Sepertinya, fenomena inilah yang hendak diangkat oleh produser KK Dheeraj hingga dirinya memutuskan untuk membuat film bertajuk Selebgram. Dengan menggandeng Wishnu Kuncoro sebagai sutradara, film bergenre komedi ini menjadi hiburan kekinian yang sayang untuk dilewatkan.

Simak review film Selebgram (plus keseruan saat Premiere-nya, saya duduk persis di belakang para pemain!) selengkapnya ya ...

Rabu, 26 April 2017

The Curse: Horor Cantik Lintas Negara


"Jangan takut, Shelina! Jangan takut, Shelina! Jangan takut, Shelina!"

Self-mantra ini diucapkan oleh Shelina untuk melawan rasa takutnya saat nekat mengambil keputusan 'mendekatkan diri' dengan roh yang beberapa hari menghantuinya. Sesungguhnya Shelina saat itu benar-benar takut. Tapi mungkin lebih baik mendapatkan jawaban dan menghadapi ketakutan tersebut, ketimbang terjebak dalam kengerian yang tak jelas ujung pangkalnya. Benar saja, setelah kejadian itu Shelina mulai memahami alasan dirinya 'diganggu' dan berusaha memperbaiki sebuah kesalahan dari masa lalunya.   

Namun apa yang terjadi setelah itu? Sudah tepatkah langkah yang dilakukan oleh Shelina? Since there's no turning back, mampukah dirinya memperbaiki keadaan--atau justru membuat situasi makin runyam karena mesti menggali kasus lama yang telah terkubur dalam liang lahat?

Kamis, 20 April 2017

Shareefa Daanish Main Film "The Curse"

Designed by ddraw/Freepik
"Ma, itu ada film horor baru lagi!" pungkas Shalom seraya menunjuk poster film The Curse saat kami melintas di lorong bioskop beberapa hari lalu. Ya, anak sulung saya yang berusia 6 tahun itu memang sudah hafal kalau mamanya doyan nonton film horor. Well sebenernya sih saya suka berbagai jenis film, 'banci bioskop' lebih tepatnya--alias hobi banget nonton film di bioskop. Hobi tersebut sudah mulai saya tularkan ke anak-anak, tapi khusus genre horor masih hanya jadi konsumsi saya dan suami saja.

Anyway.. kembali ke film The Curse yg posternya terpampang di bioskop kala itu; jujur saja saya nggak terlalu terkesan. Sampai saat saya membaca nama pemainnya. Whoa ... (lagi-lagi) Shareefa Daanish! Penonton film Indonesia, terutama penikmat film horor-thriller-slasher--pasti kenal cewek yg satu ini. Aktris muda berwajah unik tersebut sudah langganan memerankan tokoh 'mengerikan', sampai-sampai predikat Ratu Horor milik almarhumah Suzanna mulai diwariskan kepadanya.

Kamis, 06 April 2017

Si Komo Returns!


Buat generasi mulai jompo yang besar di tahun '90an, sosok Si Komo pasti tak asing. Karakter yang mengambil sosok hewan langka khas Indonesia--komodo--ini adalah salah satu tokoh ciptaan Kak Seto Mulyadi, psikolog sekaligus pemerhati anak. Tokoh Si Komo muncul dalam sebuah program khusus anak-anak, bersama dengan karakter hewan lainnya seperti Belu (Bebek Lucu), Ulil (Ulat Kecil), serta Dompu (Domba Putih). Bahkan, Si Komo yang diisi suaranya oleh Kak Seto tersebut juga 'menyanyikan' sejumlah lagu anak-anak. Yang paling legendaris dan masih sering jadi joke klasik sampai saat ini: "macet lagi, macet lagi, gara-gara Si Komo lewat ..." Hihihi.

Apa jadinya bila tokoh Si Komo yang populer pada era '90an muncul kembali tahun 2017 ini? Kira-kira masih menarik nggak ya untuk generasi sekarang yang sudah serba gadget?

Jumat, 24 Maret 2017

Night Bus: Terjebak dalam Bis di Daerah Konflik

Foto: Twitter +Night Bus Film 

Saat ada bahaya mengancam, reaksi alamiah manusia adalah menghindarinya. Akan terasa sangat mencekam bila dalam situasi tersebut kita terjebak atau terisolasi, tak dapat menghindar dari ancaman bahaya. Saya sendiri pernah mengalaminya 15 tahun silam. Meski sudah lama berlalu, kejadian itu masih tergambar jelas di benak saya.

Sewaktu SMA, bis yang saya naiki menuju sekolah 'dibajak' oleh beberapa remaja pria bersenjata tajam. Perjalanan yang sebenarnya tidak terlampau jauh dari Kampung Melayu ke Bukit Duri terasa sangat panjang dan lama. Metromini S60 tengah melaju kencang, ketika seorang kakak kelas dibacok bagian tangannya dengan celurit--di depan mata saya. Kami berteriak-teriak panik, beberapa orang bekerjasama mendorong para pembuat onar keluar dari bis yang masih melaju. Darah bercucuran mengotori kemeja putih seragam kakak kelas. Lutut saya lemas, air mata jatuh dengan sendirinya.  Bis berhasil tiba di sekolah, beberapa siswa (termasuk saya) turun dan masuk ke sekolah walaupun masih gemetar. Sementara kakak kelas yang terluka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Mengingat kembali kejadian tersebut saat ini masih membuat lutut saya lemas, jari ini bergetar seraya mengetik kata demi kata. Mungkin hal ini juga yang dirasakan oleh Darius Sinathrya ketika menuangkan pengalaman buruknya ke dalam sebuah film bertajuk Night Bus.