Kalo biasanya nulis blog post ato artikel trus mandek karena ga nemu judul, kali ini malah sebaliknya. Saya justru tergerak utk nge-post karena judul di atas udah melayang di otak beberapa waktu lamanya. Istilah BUMER adalah singkatan untuk iBU MERtua, yang sering saya baca di salah satu komunitas (group) ibu-ibu di Facebook. Waktu pertama kali membacanya, spontan saya teringat kata BUMMER dalam bahasa Inggris. "Aw.. bummer!" adalah contoh pemakaian istilah bummer yang umum, dan dlm bahasa Indonesia artinya kira-kira "Ah, sial!".
Bumer dan Bummer. Kalau cuma sekedar mirip penulisannya aja, pasti saya nggak terdorong utk bikin tulisan ini. Masalahnya, sejak join grup Facebook berisi bu'ibu, saya sering banget menemukan curhat keluhan soal ibu mertua. Yes, it's a classic thing. Drama antara ibu mertua dan menantu, terutama menantu perempuan. Jadi kayaknya sosok bumer itu emang identik jadi 'bummer' buat kita (bu'ibu alias mantu). Ya gak sih?
Tentu, selalu ada pengecualian. Saya nggak pernah percaya dengan generalisasi. Saya tau dan yakin pasti ada (dan banyak juga) sebenarnya menantu dan mertua yang kompak, akrab, tanpa drama. Tapiiiii rasanya nggak berlebihan sih klo saya klaim bahwa MAYORITAS perempuan menikah (pernah atau masih) punya konflik dgn ibu mertua. Entah itu cuma konflik di hati--alias sering nahan nyesek di dada, atau malah konflik terbuka. Baik dalam hal sepele sehari-hari, atau menyangkut suatu masalah yang serius. Whatever that is.
Iya, saya juga. Haha :D