Jumat, 26 Januari 2018

Gizi Tepat untuk Kids Jaman Now



"Our children are our only hope for the future, but we are their only hope for their present and their future" -Zig Ziglar 

Anak adalah masa depan; dan orangtua adalah penentu kehidupan anak saat ini hingga masa mendatang. Salah satu peran terpenting orangtua dalam kehidupan anak adalah memelihara kesehatan mereka, dan hal ini dimulai bahkan sejak anak masih berada di dalam kandungan ibu. Asupan makanan ibu saat hamil, menjadi sumber kehidupan dan kesehatan pada janin.

Setelah anak lahir, bertumbuh dan berkembang, orangtua pun masih memegang peranan dalam penyediaan nutrisi anak. Terutama pada 1,000 hari pertama kehidupan anak adalah masa yang paling krusial--bahkan bisa menjadi penentu masa depan. Jadi jangan pernah anggap remeh masalah gizi pada bayi dan balita ya gaess!

Malnutrisi, Obesitas, Stunting
Ketiga hal di atas adalah permasalahan gizi yang mengancam anak-anak kita. Malnutrisi artinya kekurangan gizi. Bukan hanya dialami oleh anak-anak di daerah pelosok tanah air loh, nyatanya di perkotaan termasuk Jakarta pun masih banyak ditemukan kasus malnutrisi. Penyebabnya tak terbatas hanya masalah perekonomian, tetapi bisa juga  karena kurang pengetahuan.

Obesitas atau kelebihan berat badan, inipun tergolong masalah gizi yang berbahaya. Utamanya disebabkan oleh ketidakseimbangan proporsi zat gizi yang masuk ke dalam tubuh anak, seringkali diperparah dengan kurangnya aktivitas fisik. Ironisnya, banyak orangtua yang mengharapkan anaknya bertubuh gemuk, karena menggemaskan dan justru dianggap "sehat" ~ iya kan?

Stunting. Nah, kalau yang ini mungkin belum semua orang tau dan paham artinya. Secara sederhana, stunting adalah masalah pertumbuhan yakni anak bertubuh pendek dibandingkan teman-teman sebayanya, akibat buruknya asupan gizi. FYI, Indonesia menempati peringkat ke-5 masalah stunting di dunia loh.. hiks. Tercatat ada sebanyak 7,8 juta dari 23 juta (atau sekitar 35,5%) balita di Indonesia yang mengalami stunting. Angka ini melebihi batas toleransi WHO yakni maksimal 20%. Hal ini membuat WHO menetapkan Indonesia sebagai negara berstatus gizi buruk.

Hari Gizi Nasional 2018
Dalam rangka peringatan Hari Gizi Nasional 2018, diselenggarakan Diskusi Terbuka bertajuk "Mewujudkan Indonesia Emas 2045, Anak Indonesia Zaman Now: No Malnutrisi, No Obesitas. Sayangi Anak dengan Makanan Bergizi Seimbang" di aula utama Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Selatan. Saya dan beberapa teman blogger berkesempatan datang ke acara tersebut, dan mendapatkan banyak insight dari para narasumber.

atas: backdrop acara Diskusi Publik dlm rangka Hari Gizi Nasional 2018
bawah (ki-ka): Dr. Damayanti Rusli dan Dr. Dodik Briawan
:: Dok. Pribadi ::

Prof. Dr. Dodik Briawan MCN, pengajar dan peneliti Departemen Gizi Masyarakat, memaparkan berbagai dampak yang bisa timbul akibat ketidakseimbangan gizi pada anak. Selain dampak pada bentuk fisik seperti terlalu kurus, obesitas, serta stunting; ketidakseimbangan gizi juga dapat menyebabkan produktivitas rendah dan memicu berbagai macam penyakit seperti anemia, diabetes, hipertensi, dan lain sebagainya.

Narasumber berikutnya ialah Dr. Damayanti Rusli S, SpAK, Phd, anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik PP IDAI. Beliau menegaskan bahwa faktor utama tingginya jumlah stunting di Indonesia adalah asupan gizi buruk pada 1,000 hari pertama masa kehidupan--terhitung dari dalam kandungan, saat lahir, sampai anak berusia 2 tahun. Bila pada masa tersebut anak tidak diberikan asupan gizi yang baik dan seimbang, maka masa depannya akan suram. "Pertumbuhan otak anak yang kurang gizi tidak akan optimal sehingga akan berpengaruh pada kecerdasannya, peluang kerja dan mendapatkan penghasilan jadi lebih rendah dan dapat menyebabkan kemiskinan," pungkas dokter yang sempat menempuh pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat tersebut.

Rekomendasi Nutrisi
Untuk mengatasi permasalahan gizi anak Indonesia saat ini, kedua dokter yang menjadi narasumber turut memberikan rekomendasi nutrisi sesuai perkembangan anak yang saya rangkum sbb:

~ Janin
Pada saat mengandung, ibu hamil harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang, terutama sumber  protein hewani agar janin tumbuh optimal.

~ Bayi 0-6 bulan
Air Susu Ibu (ASI) adalah asupan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan. Segala kandungan di dalamnya memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Bila ASI ibu tidak cukup, Dr. Damayanti menyarankan untuk mencari ibu sepersusuan alias donor ASI. Kalaupun ada kendala dan hal tersebut tidak dapat dilakukan, bayi bisa diberikan susu formula sesuai usianya. Tidak ada sufor yang bisa menyamai kehebatan ASI, tapi pada dasarnya sufor aman untuk diberikan.

~ Bayi 6 bulan - 1 tahun
Setelah bayi berusia 6 bulan, alaminya ASI mulai berkurang dan kebutuhan anak tidak tercukupi hanya dengan ASI; maka harus diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). "Kandungan terpenting dalam MPASI adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Pemberian sayur dan buah hanya untuk perkenalan," ungkap Dr. Damayanti. Jadi meskipun selama ini yang kita tau bahwa sayur dan buah itu sehat, ternyata porsinya tak perlu terlalu banyak untuk bayi di bawah 1 tahun karena serat belum dapat terserap sempurna. Karbo, protein, serta lemak lebih dibutuhkan untuk perkembangan otak dan pertumbuhan fisik anak pada usia tersebut.

:: Sumber: Twitter Kemenkes RI ::


~ 1 - 2 tahun
Tetap jaga keseimbangan gizi pada makanan anak di atas 1 tahun. Atur porsi karbohidrat, protein, serat, zat besi, berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh anak. Sebisa mungkin hindari makanan instan, utamakan makanan rumahan. Dr. Dodik mengingatkan agar ortu secara khusus memperhatikan porsi asupan gula, garam, dan lemak agar tidak terlalu banyak diberikan pada anak. Termasuk gula yang 'tersembunyi' pada makanan dan minuman seperti susu kental manis (SKM). "Susu kental manis itu fungsinya hanya sebagai topping ya, misalnya saat kita membuat es teler. Jadi jangan diberikan sebagai minuman susu untuk anak-anak!" tegas Dr. Damayanti seraya mengingatkan.

FYI, awal tahun 2018 ini di Kendari ditemukan balita menderita gizi buruk akibat pemberian susu kental manis sebagai pengganti susu, karena kurangnya pengetahuan orangtua. Sungguh sangat disayangkan. Oleh sebab itu, kita yang sudah tahu akan hal ini sebaiknya bisa membantu saling mengingatkan pada keluarga, kerabat, teman, atau tetangga, agar kita bersama-sama mewujudkan generasi emas kids jaman now yang sehat. Setuju?

21 komentar:

Dewangga Setiawan mengatakan...

jadi inget berita di asmat yg banyak balita menderita gizi buruk T_T

Tati Suherman mengatakan...

Jadi siapa yang mau disalahkan jika anak-anak mederita gizi buruk dan ini menjadi tanggung jawab bersama.

catatan elisakoraag mengatakan...

Ortu, khususnya Ibu harus update info agar bisa beri yg terbaik.

Rach Alida Bahaweres mengatakan...

Istilah stuning nih kayaknya dulu kurang terdengar ya mba. Biasanya orang hobby banget deh bully orang yang memiliki postur tubuh yang pendek. Nah kayak aku nih. Hhehehe. Pemenuhan gizi ini emang penting banget buat pertumbuhan anak :)

CatatanRia mengatakan...

Bener masakan rumah is the best buat si kecil. Kmaren sempet kasih yg bubur instan ke adek karena kepepet harus mudik sumedang dadakan, eh malah jd muntah2 dan pup cair

bunga rosvita mengatakan...

ini bangeeet. aku juga agak cerewet soal makanan dan kecukupan nutrisinya. makanya pengennya tetep konsisten bikinin makanan anak sendiri terutama pas mulai MPASI sampai minimal 1 tahun. maksudnya sih biar bisa ngontrol juga kondisi asupannya cukup apa nggak. mamaci ya mba sharingnya.

Melysa Luthiasari mengatakan...

Dari dulu aku penasaran, apa penyebab orang bertubuh pendek (stunting), aku kira karena faktor keturunan. Sekarang terjawab sudah penyebabnya.

Sapa Dunia mengatakan...

Anak zaman now, musti disikapi dg knowledge jaman now ya kak

Echi Mustika mengatakan...

Semakin jaman maju semakin instant juga pangan yg kita makan, jadi gizi buruk makin meningkat

mira utami mengatakan...

Memang harus di perhatikan dari.mulai kehamilannya yah. Jadi hasilnya juga akan semakin nampak

Sie-thi Nurjanah mengatakan...

Perkara gizi ini masih jadi pembahasan di tengah masyarakat. Untuk kebaikan dan tumbuh kembang anak perlu banget di pahami lebih detail asupan gizi atau nutrisi yg tepat

Nurul Dwi Larasati mengatakan...

Weehh kids jaman now harus sehat dan hebat ya. Jangan sampai kalah dengan kids dari luar negeri. Biar memajukan bangsa Indonesia lebih hebat

Hanni Handayani mengatakan...

dirumah suka kebablabasan untuk gula dan garam, tipikal orang indonesia suka manis dan asin

Helenamantra mengatakan...

Paling benar memang gizi seimbang. Terlalu banyak makan bisa obesitas, kurang gizi bisa stunting. Btw lucu banget sih duo cewe di foto pertama. Gayanya itu lho ga nahan

Generasi Milenial mengatakan...

Btw apa bedanya gizi untuk kids jaman now sama kids jaman kunow?

Hellofika mengatakan...

Bener banget bun.. informasi penting Dan bagus seperti ini ndak bisa disimpan sendiri. Harus dibagikan ke teman teman Dan handai taulan. Biar semua ibu aware thd nutrisi anak anaknya.. terutama penggunaan susu kental Manis yang ga tepat guna.

Natara mengatakan...

Dulu aku pikir orang Indonesia pendek ya karena emang bawaannya begitu... Tapi ternyata karena kasus mal nutrisi yak...

Anisa Deasty Malela mengatakan...

Ibu zaman now juga harus pandai mengolah makanan agar keluarha terjamin kebutuhan nutrisi dan gizinya.sehingga tidak terjadi malanutrisi seperti Stunting dan Obesitas

Eni Martini mengatakan...

Sebagai orangtua kita wajjb ya memperhatikan asupan si kecil. Jangan keliru dengan kandungan nutrisi, bisa obesitas kalau ga kurang gizi yang mengakibatkan gizi kronis

Ovianty mengatakan...

Anak aku keduanya alergian, jadinya pas dikenalin MPASI, lebih ke sayur dan buah, karena takut alergi. Mungkin itu yang buat badan mereka kurus ya, abis saya takut badannya bentol-bentol abis makan daging atau telor.

Agoes Supriyono mengatakan...

Wah diingatkan nih saya baca postingan ini, istri saya lagi hamil, berarti harus banyak protein hewani.

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!