Selasa, 29 Maret 2016

Ngurus anak itu kodrat seorang Ibu, masa sih?

:: source ::
Persepsi bahwa ngurus anak adalah kodrat seorang ibu sepertinya ada di benak kebanyakan orang Indonesia. Iya nggak sih? Kental dengan budaya Patriarki, sosok ayah atau bapak biasanya lebih jadi tokoh kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah, sedangkan ngurus anak dan hal2 domestik lainnya jadi 'wilayah' ibu/mama/bunda.

Persepsi ini nggak sepenuhnya salah--tapi juga nggak sepenuhnya benar. Disadari ato nggak, peng-kotak2-an peran antara "bapak" dan "ibu" seperti itu akhirnya membatasi bonding antara bapak dengan anaknya. Apalagi dengan gencarnya gerakan emansipasi wanita seiring perkembangan jaman, seorang wanita--termasuk ibu--juga bisa turut andil mencari nafkah keluarga. Kalau begitu, kenapa bapak nggak 'emansipasi' juga dgn ikut andil ngurus anak, masak, bebersih rumah, dan sebagainya? 




Eniweiii, kenapa saya jadi serius dan sok tau gini ngomongin soal parenting--khususnya soal peran ayah dan ibu? ternyata oh ternyata, semua ini gara2 film Super Didi dan 'sentilan' yang dilontarkan para filmmaker beserta pemain film tersebut, dlm Mini Conference Super Didi bersama KOPI pada Selasa 29 Maret 2016.

Acara ngobrol2 blogger KOPI dengan kru dan pemain film Super Didi berlangsung interaktif, santai, dan seru. Reymund Levy, produser sekaligus penggagas film ini yang bercerita paling banyak; mulai dari latar belakang pembuatan film ini, ide cerita, apa tujuannya, proses pengumpulan kru dan pemilihan pemeran, sampai cerita-cerita seru saat syuting.

foto bareng KOPI dan pemain Super Didi

"Film ini berawal dari keinginan saya yang sangat sederhana: pengen bisa nonton bareng anak beserta opa-omanya di bioskop. Selama ini kan kalau ajak anak ke bioskop ya nonton film anak-anak, kalau mau nonton film dewasa ya anak ditinggal. Saya pengen ada film yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga," ungkap Rey, sapaan akrab Reymund Levy yang juga seorang penyiar V Radio tersebut.

Berbekal pengalamannya membawakan program radio bertajuk "Profil Papa Paling Keren (P3K)", Rey memiliki obsesi untuk membuat film keluarga yang mengangkat soal papa/ayah/bapak. Rey kemudian menggandeng dua sutradara wanita yakni Daeng Hadrah dan Adis Kayl Yurahmah untuk mewujudkan impiannya tersebut. Hadrah cukup dekat dengan dunia anak dan pernah terlibat di beberapa film anak; sementara Adis sendiri merupakan seorang ibu dari seorang anak laki-laki sehingga dapat membagi experience dan wawasannya bagi film Super Didi.

Super Didi bercerita tentang Arka (Vino G.Bastian), arsitek muda yang harus mengurus kedua putrinya sendirian ketika sang istri Wina (Karina Nadila) terpaksa pergi ke luar negeri selama 2 minggu. Support system yang semestinya mempermudah tugas Arka yakni Oma Sayang (Ira Maya Sopha), Opa (Mathias Muchus), serta Mbak Ami (Tizza Radia) pun nyatanya malah makin bikin kacau.

"Semua karakter dalam film Super Didi merupakan tokoh nyata, tapi film ini bukan cerita 1 orang. Super Didi merupakan representasi papa-papa urban, dan potret nyata keluarga masa kini," papar Budhita Arini, penulis skenario yang menurut Rey sangat sukses 'menjahit' sharing dan keinginan dirinya beserta duo sutradara film ini.

Selain menggambarkan hal-hal simpel dari daily life of parenting, film Super Didi semakin natural karena diperankan oleh 2 orang anak cerdas, Anjanique Renney dan Aviela Reyna, yang dibiarkan berekspresi, berimajinasi, dan berimprovisasi. "Justru kita mau penonton bisa melihat kepolosan anak-anak ini yang natural, jadi mereka nggak seperti sedang berakting," pungkas Adis.

ngurus-anak-kodrat-ibu-dan-juga-ayah


"Saat disodorin sinopsis film ini, saya langsung tertarik dan say yes karena pas baca merasa dapat tamparan. Antara tengsin ngerasa belom jadi bapak yang baik, dan baper juga. Saya percaya film ini bisa jadi pelajaran untuk banyak orangtua, khususnya para ayah," ungkap Vino G. Bastian. "Jaga anak itu bukan cuma tugas ibu, bukan cuma tugas ayah, apalagi tugas kakek-nenek. Jaga anak itu tugas ayah dan ibu," tambahnya.

Selain Vino, Sandy PAS Band juga memiliki peran dalam film Super Didi, dan ternyata sodara2... di balik chasing rocker gaharnya, doi ini seorang anggota PEMBAJAK alias Perhimpunan Bapak2 Jaga Anak. gokil! salut banget denger cerita dan banyak kata2 kang Sandy yang #makjleb. Saya kutip 2 aja di antaranya yahhh

"Ngurus anak itu bukan kodrat Ibu. Kodrat wanita, yang nggak bisa dilakukan oleh laki-laki hanya 2, yakni melahirkan dan menyusui. Yang lainnya? Bisa dipelajari dan bisa dilakukan!"

"Bapak-bapak yang nggak pernah turun tangan ngurus anaknya sendiri adalah bapak yang paling rugi."


Meski Super Didi mengangkat sosok ayah, ceritanya meliputi soal peran ibu, anak-anak dengan segala 'kegilaannya', juga berbagai karakteristik khas kakek nenek. Jadi buat emak2 yang sering konflik sama mertua ato orangtuanya sendiri seputar pengasuhan anak *tunjuk idung sendiri* wajib nonton, boyong sekalian dah tuh kakek neneknya anak2 kita. hihi.

My oh my, mini conference kali ini sejujur-jujurnya bikin saya pengeeeennn banget cepet2 nonton film Super Didi. Tapi saya masih musti bersabar dan nunggu sebulanan lagi. Are you as curious and excited as I am? klo gitu jangan sampe kelewatan nonton film Super Didi, tayang mulai 21 April 2016!


9 komentar:

nova violita mengatakan...

Film yang bagus... tentu disesuaikan kondisi.., karena istri terpaksa harus ke luar negri..., tapi memang ibu ebih dekat ke anak-anak..

Inda Chakim mengatakan...

aku lihat cuplikan film ini mbk, super didi, langsung trtarik, apalgi pemainnya vino, cakep, hihi..
iyak patriarki masih cukup kental di negeri ini. tp alhmdulillh suami aku gk menganut patriarki, jd aman, hahayyy
tengkiu share nya ya mbk

Sonya Tampubolon mengatakan...

:novita violita:
poinnya bukan "lebih" dekat ke ibu atau ayah sih mbak. idealnya anak2 bisa dekat dengan ayah DAN ibu :) makasih udh mampir yaaa

Sonya Tampubolon mengatakan...

:Inda Chakim:
suamiku lumayan patriarki maakk.. hiks -_- tetep deket sama anak2 sih. tapi dia bukan urusan rempongnya jaga-menjaga anak, cuma bagian seru2nya ajah :))) makasih udh mampir yak!

emanuella mengatakan...

Setujuuu. Harapannya anak bisa deket sama bapak dan ibunya supaya pengasuhannya bisa saling melengkapi ya. Saya dan suami baru menikah dan belum dikaruniai anak. Kalau melihat pengalaman selama ini suami tipe laki-laki yang mudah dekat dengan anak-anak. Karena punya banyak ponakan mungkin yaa... Sementara saya yang anak pertama, walaupun perempuan, tapi kalo ngadepin anak-anak, kagoknya setengah mati T.T. Namun, saya bertekad kalo uda punya anak nanti saya bisa ambil peranan yg lebih besar atau setidaknya sama besar dengan suami. Emak-emak tipe posesif gitu kayanya... hihihihi :)

fanny fristhika nila mengatakan...

ga sabar..ga sabar... ^o^... tapi aku yakin kalo nonton film ini ama suami, dia pasti nyindir aku.. krn selama ini anak2 bisa dibilang lebih deket ke papinya sih drpd aku :D.. Gpplah... toh maminyakan kerja ampe malam utk mrk juga ;p

Sonya Tampubolon mengatakan...

::emanuella::
Iya beneeerr, idealnya papa dan mama sailing melengkapi. soal kagok ngadepin anak2, no worries lah it will come naturally kok pasti ^__~ thanks for dropping by!

Sonya Tampubolon mengatakan...

::fanny fristhika nila::
Yeah! harus nonton yaaa :) Film ini jg menunjukkan betapa tugas kantor menguras energi (fisik) dan mental, jadi semoga si suami pun makin pengertian menerima kondisi istri yg kerja sampe malem spt dirimu. Makasih udh mampir ya mbak..

lahiya mengatakan...

Percaya si kalo film ini nyata, karena papaku pun sosok orangtua lelaki yang hebat <3

Salam,
Senya

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!