Senin, 06 Oktober 2014

3 Fakta Finansial Perempuan Perlu Tahu

Sebagai seorang perempuan, miris rasanya kala menyadari persepsi banyak orang bahwa perempuan itu payah dan tak becus mengelola keuangan. Meski saya sendiri juga bukan expert dalam hal keuangan, namun saya berusaha untuk terus belajar dan lebih melek finansial--terlebih lagi setelah saya berkeluarga. Seperti umumnya perempuan yang telah berumahtangga, saya pun memegang peranan sebagai "manajer keuangan keluarga". Tentunya saya nggak mau dong kondisi finansial keluarga jadi berantakan gara-gara kurang kompetennya saya mengelola uang.

Sedikit berbagi pada perempuan lainnya di luar sana, saya tuangkan 3 fakta finansial yang perlu diketahui (dan nyatanya masih banyak belum disadari atau dipahami oleh perempuan). Read through!



1. Bedanya laki-laki dan perempuan dalam mengelola keuangan
Memang nggak semua laki-laki lebih jago soal keuangan dibanding perempuan, begitu pula sebaliknya. Tapi secara umum, ada perbedaan cara mengelola keuangan antara 'si Mars' dengan 'si Venus'. Dalam bukunya yang berjudul Nice Girls Don't Get Rich, Lois P. Frankel mengungkapkan kecenderungan laki-laki dan perempuan dalam mengelola keuangan antara lain:

:: original background image by Billy Alexander ::


2. Menabung saja tidak cukup!
Sejak kecil kita sering mendengar semboyan "hemat pangkal kaya", juga dianjurkan untuk rajin menabung oleh para guru di sekolah. But the truth ismenabung saja tidak cukup! Warren Buffet, investor dan pengusaha asal Amerika Serikat yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, mengungkapkan bahwa karena adanya inflasi maka uang tunai pasti kehilangan sejumlah besar nilainya dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya menabung (uang tunai) saja tidak cukup, kita harus mengombinasikannya dengan berinvestasi. Mengapa? Karena berinvestasi merupakan salah satu cara terbaik untuk mengembangkan uang kita, mengingat pertumbuhannya yang bisa di atas inflasi.

Setiap investasi--apa pun jenisnya--selalu ada unsur risiko. Tapi jangan biarkan hal ini bikin kita takut untuk berinvestasi. Justru kita harus belajar bagaimana cara mengelola resiko yang ada, terutama dengan melakukan diversifikasi investasi, atau dikenal juga dengan istilah "don’t put all your eggs in a basket". Apalagi pilihan investasi saat ini sudah lebih banyak. Kita bisa membeli aset yang terlihat fisiknya seperti rumah dan emas perhiasaan; atau memilih investasi berupa reksadana dan saham untuk produk finansial. Kesempatan untuk menjadi investor di sektor riil, seperti di agribisnis atau properti (developer) pun sudah semakin terbuka. Bahkan di perusahaan jasa keuangan tertentu seperti Sun Life Financial Indonesia, tersedia berbagai produk yang mengombinasikan antara asuransi dengan investasi. 


3. Perempuan (juga) butuh asuransi 
Dari survei kecil-kecilan yang saya lakukan terhadap 15 orang teman perempuan--lajang dan menikah, ternyata hanya 2 orang yang mempunyai asuransi pribadi (di luar fasilitas kantor). Sisanya tak punya asuransi dengan alasan sbb:
"Sudah ada dari kantor, buat apa lagi?" - 5 orang
"Wah gajiku kecil, nggak cukup buat bayar premi asuransi" - 3 orang
"Saya Ibu Rumah Tangga tanpa penghasilan tetap, tak ada uang untuk asuransi" - 2 orang
"Suami sudah punya asuransi kok..." - 2 orang
"Nanti saja deh, kan sekarang masih lajang" - 1 orang
Berbagai alasan yang dilontarkan ini sepertinya cukup masuk akal, kan? Tapi nggak sepenuhnya benar loh! Kalau dibilang sudah ada asuransi dari kantor sehingga tak butuh asuransi pribadi lagi, misalnya, kita perlu pertimbangkan kondisi seandainya kita resign atau terkena PHK. Apakah kita pasti mendapatkan pekerjaan baru yang juga memberi fasilitas asuransi bagi karyawan? Belum tentu. 

Alasan "suami sudah punya asuransi" juga tak tepat; karena yang namanya sakit dan ajal menjemput tentu bukan hanya menimpa kaum laki-laki. Sesungguhnya kita perlu memikirkan apa yang akan terjadi pada keluarga, jika kita sebagai istri atau ibu terjangkit penyakit serius maupun meninggal dunia. Dan kalau pun kita masih lajang, bukan berarti kita bisa menunda untuk memiliki asuransi. Soalnya, semakin cepat atau semakin muda kita membuka asuransi, kita bisa mendapatkan premi yang lebih rendah. 

So yes, perempuan juga perlu punya asuransi. Apalagi sebagai perempuan yang aktif dan hidup di era cosmopolitan seperti sekarang, kita menjadi rentan dalam masalah kesehatan. That's why Sun Life Financial Indonesia menyediakan program asuransi Sun Lady Saver dan Sun Lady Saver Plus yang memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis penyakit khusus perempuan, sekaligus berperan sebagai tabungan masa depan.

Nah, alasan "tak punya penghasilan tetap" ataupun "gaji kecil" mungkin yang paling kuat. Tak bisa dipungkiri, membayar premi asuransi membutuhkan kemampuan mengeluarkan sejumlah uang secara konsisten dalam jangka waktu tertentu. But then again, mengingat pentingnya asuransi seperti yang saya sebutkan di atas, alasan ini pun tak sepenuhnya tepat sebagai justifikasi untuk tidak memiliki asuransi. Kita harus meyakini bahwa kebebasan finansial tidak tergantung pada besarnya penghasilan, melainkan cara kita mengelolanya. Solusi terbaik adalah dengan berkonsultasi dengan perencana keuangan maupun agen asuransi, untuk memilih produk asuransi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kita. 

:: source ::


6 komentar:

Anonim mengatakan...

Lengkap banget nget mak.
Sukses yaa..

Inda Chakim mengatakan...

Setuju...Sukses ngontesnya ya : )

Sonya Tampubolon mengatakan...

@bukanbocahbiasa: makasih banyak udah berkenan mampir dan ninggalin jejak ya mak ;)

Sonya Tampubolon mengatakan...

@inda chakim: makasihhhh :)

Dini mengatakan...

Aih keren banget mbak, singkat, padat dan informatif :)
Salam kenal yaa

Sonya Tampubolon mengatakan...

@dini: syukurlah klo memang informatif ^__^ memang harapannya singkat dan padat supaya lebih mudah dicerna pembaca... makasih banyak yaaa mbak

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!