Foto: Twitter +Night Bus Film |
Saat ada bahaya mengancam, reaksi alamiah manusia adalah menghindarinya. Akan terasa sangat mencekam bila dalam situasi tersebut kita terjebak atau terisolasi, tak dapat menghindar dari ancaman bahaya. Saya sendiri pernah mengalaminya 15 tahun silam. Meski sudah lama berlalu, kejadian itu masih tergambar jelas di benak saya.
Sewaktu SMA, bis yang saya naiki menuju sekolah 'dibajak' oleh beberapa remaja pria bersenjata tajam. Perjalanan yang sebenarnya tidak terlampau jauh dari Kampung Melayu ke Bukit Duri terasa sangat panjang dan lama. Metromini S60 tengah melaju kencang, ketika seorang kakak kelas dibacok bagian tangannya dengan celurit--di depan mata saya. Kami berteriak-teriak panik, beberapa orang bekerjasama mendorong para pembuat onar keluar dari bis yang masih melaju. Darah bercucuran mengotori kemeja putih seragam kakak kelas. Lutut saya lemas, air mata jatuh dengan sendirinya. Bis berhasil tiba di sekolah, beberapa siswa (termasuk saya) turun dan masuk ke sekolah walaupun masih gemetar. Sementara kakak kelas yang terluka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Mengingat kembali kejadian tersebut saat ini masih membuat lutut saya lemas, jari ini bergetar seraya mengetik kata demi kata. Mungkin hal ini juga yang dirasakan oleh Darius Sinathrya ketika menuangkan pengalaman buruknya ke dalam sebuah film bertajuk Night Bus.
Foto: nightbuspictures.com |
Night Bus mengisahkan tentang bis (bertuliskan) "Babad", sebuah bis terakhir menuju Sampar. Sampar sendiri merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam namun tengah dilanda konflik. Tindak kekerasan kerap dilakukan oleh para milisi pemberontak yang menuntut kemerdekaan atas tanah kelahiran mereka, sehingga Sampar saat itu dijaga ketat oleh pemerintah pusat dan militer. Bisa ditebak, ketika bis Babad melintasi daerah konflik kala langit mulai gelap, berbagai peristiwa mencekam pun terjadi. Conflict doesn't choose its victim. Siapapun bisa mati dalam situasi tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya dan bagaimana nasib para penumpang bis Babad akhirnya?
Kita masih harus menunggu tanggal 6 April untuk mendapatkan jawabannya. Namun saya sendiri sangat
Meskipun dengan tema berbeda, menyaksikan trailer film ini mengingatkan saya pada film Speed (1994) dan juga Train To Busan (2016); karena keduanya memiliki nuansa ketegangan yang sama. Terjebak dalam situasi berbahaya. Terisolasi. Jika sudah begini, otomatis timbul rasa curiga, saling menyalahkan, egoisme--ingin menyelamatkan diri sendiri, atau sebaliknya yakni rasa keterikatan satu sama lain. Ya, saya percaya dalam situasi seperti inilah seseorang akan menunjukkan true colors masing-masing, karakter dan kepribadian mereka yang sesungguhnya.
Foto: nightbuspictures.com |
Foto: nightbuspictures.com |
Alasan lain yang bikin saya tertarik pada film ini adalah karena jajaran pemain yang nggak perlu diragukan kualitas aktingnya. Sejumlah nama seperti Tio Pakusadewo, Lukman Sardi, Toro Margens, Donny Alamsyah, serta Alex Abbad merupakan jejeran aktor favorit yang selama ini selalu men-deliver karakter tokoh yang mereka perankan dengan sangat baik.
Jujur, saya juga ingin sekali menyaksikan karakter supir dan kondektur bis Babad: Amang (panggilan 'Bapak' dalam bahasa Batak) yang diperankan oleh Yayu Unru, serta Bagudung (bahasa Batak juga, artinya tikus) yang diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana. Kira-kira mereka akan memerankan supir dan kondektur seperti apa ya? Apakah akan benar-benar menyerupai supir dan kondektur bis antar kota pada umumnya di kehidupan nyata? Hehehe.
Seperti saya sebutkan di atas, film ini mengangkat pengalaman pribadi Darius Sinathrya. Maka tak heran bila suami dari Donna Agnesia itu menjadi salah satu produser film ini bersama Teuku Rifnu Wikana. Nggak tanggung-tanggung, yang didapuk menjadi sutradara ialah Emil Heradi, yang berpengalaman sebagai assistant director dalam film Hollywood, Eat Pray Love (2010). Hebatnya lagi, Night Bus telah mendapatkan pengakuan sebagai "The Hottest Project of The Year" pada gelaran Micro-market London Film Festival 2015, Wow!
Jadi nggak sabar nunggu tanggal 6 April 2017 nih, tanggal resmi ditayangkan film Night Bus ini di bioskop. Yang penasaran juga dan pingin nonton, kabar-kabarin yah, siapatau kita bisa nonton bareng ✌☺ See you next time, guys!
yang ini nggak ada hubungannya sama film Night Bus sih, iseng aja pajang di sini buat pamer klo saya pernah jalan2 ikrib bareng Darius. MUAHAHAHAH Foto: Dok Pribadi |
11 komentar:
Bagua filmnya... Fotonya, wah... Ckckck
Hah..deg-degan banget pasti ya.. Saya pernah juga di KRL segerbong sama gerombolan anak SMA yang mau tawuran Mba.. Sereeemm..
Duh..jadi penasaran sama filmnya. Tapi kira-kira saya berani nonton ngga ya? Train to Busan aja nyeremin.
:: Selamet Hariadi ::
Foto yg paling terakhir bikin gagal fokus ya mas? Hehehe.. Makasih udh mampir yaaa
:: Arinta Adiningtyas ::
Iya kan yaaa deg2an parah klo ada situasi berbahaya di dlm kendaraan gitu, krn kita terasa terjebak gak bisa ke-mana2 utk menghindarinya. huhu...
Wah klo saya suka banget tuh film Train To Busan. One of my favorite movie. Makanya jd tambah penasaran sama film Night Bus ini :)
Perlu mencolek sahabat baik saya nih, fans garis keras Darius juga soalnya.
Trims reviewnya
Ya elah, jadi pengen komentarin fotonya nih malahan.
Serem amat kakson pernah kejadian di bus gitu.
:: Annisa Rizki Sakih ::
silakan colek2an ^__^ tapi semoga sahabatnya gak murka ya liat foto paling bawah :P hihihi. makasih udh mampir di sini
:: Wichan ::
huahahaha. please komentarin dong foto akyu :P :P :P
iya aseli serem bgt tuh kejadian waktu SMA bikin trauma -__-
mba Sonya, pas tanggal 6 april ni pas nyasar ke blog mba, hehe.. duh ngeri banget ya kejebak di bis dalam situasi konflik. pengen liat filmya, pasti seru.
:: dini rahmawati ::
ihiy, makasih loh udh nyasar ke blog ini. hihihi.. iya pasti deg2an bgt kejebak dlm situasi spt itu yah...
Cewek baju biru pake kaca mata hitam siapanya Donna Agnesia?
Posting Komentar
Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!