Senin, 23 Januari 2017

Kenapa Ibu Berhijab ini 'Percaya' pada Ahok?

:: Photo taken from YouTube ::

Nini Hamid. Sosok ibu rumah tangga (IRT) yang 'biasa' banget. Postur tubuhnya mungil, dan penampilannya sangat sederhana. Mengenakan khimar/kerudung lebar yang menutupi hampir seluruh bagian kemeja kotak-kotak, jujur saya sama sekali nggak ngeh ketika tiba hampir bersamaan dengan dirinya di gedung SMESCO pada Rabu 18 Januari lalu. Padahal, kala itu saya datang untuk menghadiri acara Bedah Buku "Kenapa Percaya Saya Buat Ahok" karya Ibu Nini Hamid.  

Ahok. Sosok yang beberapa bulan belakangan menjadi sorotan utama. Bagai dua sisi mata uang, dia memiliki pencinta dan pembenci yang sama banyaknya. Di mata sebagian orang, Ahok adalah pria yang sering berkata kasar, tak layak menjadi pemimpin, bahkan telah menista agama. Namun sebagian orang lainnya memandang Ahok sebagai pemimpin revolusioner yang tak pernah takut berkata jujur apa adanya, serta mampu membuktikan kerja kerasnya melalui hasil yang nyata. Salah satu yang beranggapan demikian adalah Ibu Nini Hamid.

"Eh.. Kamu Muslim, Kenapa Dukung Ahok?"

Pertanyaan frontal ini pernah dilontarkan langsung di hadapan wajah Ibu Nini Hamid beberapa waktu lalu. Menurut penuturannya [di sini] Ibu Nini dihampiri seorang wanita paruh baya berbusana muslimah; karena dirinya berada di tengah-tengah kelompok pendukung Ahok di depan Gedung Pengadilan Jl. Gajah Mada pada 20 Desember 2016. Belum sempat menjawab, Ibu Nini lalu 'ditodong' untuk memperlihatkan KTP-nya. "Mana, lihat KTP-mu. Benar nggak kamu muslim?" Nada penuh kebencian dan prasangka buruk begitu jelas terdengar.

*glek*

Terus terang saya merinding membaca penuturan Ibu Nini Hamid. Tak terbayang bila saya yang ada di posisinya. Hanya karena mendukung Ahok, Ibu Nini seakan otomatis diragukan agamanya, ke-Islam-annya. Seolah-olah segala ibadah, amal, perbuatan yang telah dilakukan sepanjang hidupnya tidak berarti lagi; Ibu Nini seperti langsung mendapat 'nilai merah' keimanan saat berada di barisan pendukung Ahok.

Meski demikian, Ibu Nini tak pernah mundur. Dia justru ingin mendobrak stigma 'Ahok musuh Islam', 'muslim pendukung Ahok adalah pengkhianat', dan kalimat lainnya yang sejenis dengan itu. "Alasan saya menulis buku ini adalah karena saya muslim, dan saya melihat banyak muslim yang gagal paham dengan sosok Pak Ahok," ujar bu Nini dengan lugas.

:: photo from twitter @kartinaikasari ::

Melalui buku "Kenapa Percaya Saya Buat Ahok" yang ditulisnya, Ibu Nini Hamid mengungkapkan keresahan hatinya karena banyak tokoh masyarakat dan pemuka agama yang dinilainya kurang bijak menyikapi sepak terjang Ahok, yakni mereka yang menebar penolakan atas dasar perbedaan agama dan etnis. Di buku tersebut Ibu Nini juga menguraikan kesalahpahaman terhadap ayat-ayat Al'quran yang selama ini digunakan untuk menjegal Ahok.

Penasaran dengan  bukunya? Sama, saya juga. Lucky for me, dalam waktu dekat saya akan dapat membaca buku "Kenapa Percaya Saya Buat Ahok" karya Ibu Nini, karena saya memenangkan lomba live tweet berhadiah buku tersebut. Yeay! Segera setelah bukunya sampai, saya akan buat review-nya deh. So stay tune, sering-sering ngecek blog ini atau media sosial saya supaya nggak ketinggalan infonya. Hehehe.


Basuki, Basuri, dan Gus Nuril
Tiga nama ini turut hadir dalam acara bedah buku "Kenapa Percaya Saya Buat Ahok". Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok paling singkat waktu kehadirannya--krn beliau harus segera pergi menyiapkan diri untuk syuting live Mata Najwa pada hari yang sama. Tapi jangan salah.. meski tak lama di sana, antusiasme menyambut pak Ahok sangat luar biasa!

dgn kekuatan hengpong jadul, cekrek.. cekrek.. upload!

Harap maklum hasil fotonya blur dan cuma dpt kepala Pak Ahok dari samping belakang -__- yah begitulah kondisinya saat itu. Krn Ahok semacam magnet yg daya tariknya kuat bgt, sampe dikerubungin gitu. Ini pun masuknya udh 'sembunyi2' dari jalur samping. ckckckck...

Momen kedatangan pak Ahok menjadi momen 'merinding' kedua bagi saya saat itu. Sebelumnya, saya ikut terbawa haru ketika sejumlah warga perwakilan dari Kepulauan Seribu dipanggil maju ke depan. Diwakili Ibu RW, mereka mengungkapkan dukungan kpd Ahok. "Kami warga Pulau Seribu menyatakan tidak ada penistaan agama yg dilakukan oleh Ahok. Ahok bukan penista agama! Kami akan memilih pemimpin yang kerjanya nyata!"

Warga Kepulauan Seribu nyatakan dukungan thd Ahok.
Foto ini saya ambil dgn perasaan campur aduk: haru, bangga, sedih.

Selain Ahok, hadir pula seorang pria lainnya yg memiliki inisial sama: BTP. Hai, hai, siapa dia?
Basuri Tjahaja Purnama, yang tak lain merupakan adik kandung Ahok. "Bapak saya emang nggak kreatif. Kakak saya lahir dikasih nama Basuki. Waktu saya lahir dikasih nama yang cuma beda 1 huruf," ujar Basuri seraya berseloroh.Tak hanya sebatas nama, kemiripan Basuri dengan kakaknya juga terdapat dalam kiprah politik. Saya sendiri baru tahu bahwa Pak Basuri itu merupakan mantan Bupati Belitung Timur tahun 2010-2015, menyusul sang kakak yang juga mantan Bupati Belitung Timur pada tahun 2005-2006. 

Pak Basuri merupakan salah satu orang yang juga diwawancara oleh Ibu Nini dalam proses penulisan bukunya. "Saya banyak ngobrol dengan keluarga Pak Ahok beserta para tetangganya. Dari mereka saya tahu bahwa Ahok memang benar-benar baik dalam kesehariannya. Bukan pencitraan," ungkap Ibu Nini. Pak Basuri sendiri mengaku salut dengan keberanian Ibu Nini menulis buku ini.

dari ki-ka: Gus Nuril, Basuri, Nini Hamid, dan moderator
:: photo from twitter @mamavenbas ::  

Last but not least, kehadiran Gus Nuril dalam acara itu berhasil membakar semangat nasionalisme para pengunjung. "Setiap warga negara Indonesia; apapun agama, suku, dan ras-nya, berhak memilih dan dipilih," ujarnya. Gus Nuril juga menghimbau agar pemerintah melarang penggunaan kata 'kafir' yang belakangan sering dilontarkan kepada umat non-muslim. "Stop sebut-sebut kafir. Kita ini semua Indonesia. MERDEKAAA!" teriaknya dengan berapi-api.

Masih menurut Gus Nuril, Indonesia adalah negara yang damai sejak dulu, jadi kita jangan mau dipecah-belah. Terutama kepada umat muslim, Gus Nuril berpesan: "Indonesia jangan dijadikan negara khilafah. Sesama muslim harus akur."

Setuju? :)

10 komentar:

Ria Bilqis mengatakan...

Saya pun belum bisa berpaling dari Ahok, karena saya pilih dia bukan karena agamanya. Tapi karena kerjanya.

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Ria Handayani ::
^__^ terima kasih sudah mampirrr

Ira Lathief mengatakan...

salam dua jari, pilih yg telah terbukti dan teruji

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Ira Lathief ::
iya. yang pasti-pasti aja lah. udah nyata banget kok hasil kerjanya bawa banyak perubahan positif buat Jakarta.

Oleh Andik Ceritanya mengatakan...

Ka pesen bukunya klo lg ada , nitip xixixix

Sonya Tampubolon mengatakan...

:: Andy el Gazhali ::
serius kah? sptnya bisa saya bantu utk memesankan buku ibu Nini.. tinggalin nomer hp aja ke email saya mas Andy; ria.sonya@gmail.com -- utk komunikasi lbh lanjut. makasih udh mampir yaaa

Oleh Andik Ceritanya mengatakan...

Gpp ka maaf yaak...sebenarnya buat bahan nulis di sinisih ..

#BangunJakarta Bantu viralkan temen2 yuuk bangun jakarta dan dukung gubernurnya

Entah kenapa saya terseret oleh pusaran untuk mengagumi sosoknya. Meski pada saat yang sama banyak orang yang membencinya. Orang yang oleh majalah Tempo dinobatkan sebagai 10 tokoh yang mengubah Indonesia ini memang punya ‘sesuatu’. Di mana sesuatu itu adalah sesuatu yang selama ini dirindukan ada pada seorang yang digelari pemimpin atau pejabat.

Boleh kau sebut sesuatu itu dengan sikap atau karakter. Ketegasan atau kejujuran. Peduli rakyat atau anti korupsi. Atau apapun itu. Namun bagi saya, kadang sesuatu yang melekat di diri Ahok adalah sosok yang pas untuk mengukur kita baik sebagai seorang warga Jakarta atau pun bangsa Indonesia selama ini. Sosok yang ideal untuk mengukur jalannya demokrasi di negara ini. Dan sebagai manusia, sosok yang pas untuk melongok ke dalam diri kita sebagai seorang manusia dengan manusia lain di hadapan Tuhan, masing-masing.

(1) Jakarta 2017: Jakarta yang Unyu, Gubernur 'Belagu' dan Film Arrival (2016) - KOMPASIANA.com
http://www.kompasiana.com/andikceritanya/jakarta-2017-jakarta-yang-unyu-gubernur-belagu-dan-film-arrival-2016_5889e370d77a61051473474f

Oleh Andik Ceritanya mengatakan...

Gpp ka maaf yaak...sebenarnya buat bahan nulis di sinisih ..

#BangunJakarta Bantu viralkan temen2 yuuk bangun jakarta dan dukung gubernurnya

Entah kenapa saya terseret oleh pusaran untuk mengagumi sosoknya. Meski pada saat yang sama banyak orang yang membencinya. Orang yang oleh majalah Tempo dinobatkan sebagai 10 tokoh yang mengubah Indonesia ini memang punya ‘sesuatu’. Di mana sesuatu itu adalah sesuatu yang selama ini dirindukan ada pada seorang yang digelari pemimpin atau pejabat.

Boleh kau sebut sesuatu itu dengan sikap atau karakter. Ketegasan atau kejujuran. Peduli rakyat atau anti korupsi. Atau apapun itu. Namun bagi saya, kadang sesuatu yang melekat di diri Ahok adalah sosok yang pas untuk mengukur kita baik sebagai seorang warga Jakarta atau pun bangsa Indonesia selama ini. Sosok yang ideal untuk mengukur jalannya demokrasi di negara ini. Dan sebagai manusia, sosok yang pas untuk melongok ke dalam diri kita sebagai seorang manusia dengan manusia lain di hadapan Tuhan, masing-masing.

(1) Jakarta 2017: Jakarta yang Unyu, Gubernur 'Belagu' dan Film Arrival (2016) - KOMPASIANA.com
http://www.kompasiana.com/andikceritanya/jakarta-2017-jakarta-yang-unyu-gubernur-belagu-dan-film-arrival-2016_5889e370d77a61051473474f

lahiya mengatakan...

Yuk akur yuk, aku kangen Indonesia yang damai dan ramah :(

Salam,
Rasya

Agung Sudrajat mengatakan...

Ibu ini sampai hari tidak tau keberadaanya dimana, menghilang.

Posting Komentar

Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!