:: photo by Rachael Crowe (picjumbo) :: |
Siapa sih yang tak kenal mutiara? Benda mungil bulat yang umumnya
berwarna putih tersebut paling banyak diketahui sebagai bahan perhiasan
wanita—untuk kalung, anting, atau cincin. Meski begitu, nggak banyak orang
(wanita sekalipun) yang benar-benar ‘mengenal’ mutiara. Saya sendiri termasuk
yang blank soal mutiara, meski termasuk
pengagumnya. Menurut saya, mutiara yang nampak simpel namun selalu cantik itu
merupakan representasi classic beauty
yang elegan. Sederhana, tapi sangat berharga.
Saya semakin kagum dan semakin penasaran dengan mutiara, saat
berkesempatan hadir di Pre-Event Gathering 6th Indonesian Pearl Festival, Rabu
12 Oktober 2o16 lalu. Dalam acara tersebut dipaparkan sejumlah fakta dan data
seputar mutiara serta budidayanya di Indonesia.
Secara umum, ada 4 jenis mutiara yang terkenal di dunia:
Dari keempat jenis mutiara ini, south
sea pearl dikenal sebagai mutiara dengan kualitas terbaik. Adapun untuk
menilai kualitas mutiara digunakan kriteria 4S1C sbb:
Shape atau bentuk, yang sempurna adalah yang berbentuk bulat simetris
Shine atau kilau. Semakin berkilau, semakin baik.
Surface alias kemulusan permukaan mutiara.
Size atau ukuran; semakin besar maka semakin berharga. Diameter mutiara mulai dari 9 sampai dengan 22 mm, dengan rata-rata 12-13 mm.
Color atau warna. Mutiara asli terdiri dari warna putih, gold, champagne, serta pinkish.
Selain kelima hal tadi, ada 1 lagi kriteria mutiara yakni Price atau
Harga. Nah, ini dia yang bikin mutiara seolah menjadi barang ekslusif—karena
harganya yang relatif mahal. Di pasaran internasional harga south sea pearl dapat mencapai antara
$10.000 sampai $300.000 atau sekitar Rp 120 juta sampai 3 M. But you
know what? Harga mutiara yang tinggi itu sesungguhnya sangat worth it, sepadan dengan proses
pembuatannya yang sulit, makan waktu lama (butuh sekitar 4 tahun sampai panen!),
dan sangat alami.
Bicara soal alami, saya juga baru tahu bahwa mutiara adalah
satu-satunya dari 5 jenis gemstones
atau batu mulia (diamond, sapphire,
emerald, ruby, pearl) yang berasal
dari makhluk hidup. Amazing! Hebatnya
lagi, the mother of pearl yakni
kerang/cangkang mutiara juga berharga dan bermanfaat; dapat digunakan sebagai
perhiasan, alat makan, ataupun bahan dalam kosmetik.
MENGUAK TABIR MUTIARA LAUT SELATAN
Sempat tercekat ketika saya membaca data yang menyebutkan bahwa
Indonesia merupakan penghasil south sea
pearl terbesar di dunia, mengungguli Filipina, Australia, Myanmar, dan berbagai
negara lainnya. Bahkan menurut data yang ada, tidak kurang dari 70% perdagangan
mutiara di dunia sebenarnya merupakan Indonesian
South Sea Pearls (ISSP) alias Mutiara Laut Selatan asal Indonesia.
Sayangnya, banyak ISSP yang telah dibawa ke luar negeri, kemudian
diperdagangkan secara bebas dengan berbagai
brand berbeda. Waduh!
Tentunya kita tidak bisa menyalahkan negara-negara lain yang
mendapatkan keuntungan dari perdagangan mutiara asal Indonesia tersebut. Instead, banyak hal yang perlu dibenahi
di negeri sendiri—mulai dari pengenalan lebih dalam dan kepedulian terhadap
mutiara sebagai kekayaan laut Indonesia, sampai menjaga etika bisnis yang jujur
dan transparan agar budidaya mutiara di negara kita dapat berjalan
optimal.
Di Indonesia, budidaya mutiara laut selatan tersebar di 12 provinsi: Sumatera
Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku, serta Papua
Barat. Peluang bisnis mutiara ini terbuka luas di tanah air, nilai perdagangannya
terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain sebagai sumber devisa negara, Data
Ditjen PDSPKP (Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan)
mengungkapkan sekurangnya ada 53.000 tenaga kerja yang diserap dari industri
ini.
Kilau bisnis mutiara laut selatan Indonesia akan semakin bersinar apabila
semakin banyak investor—dari dalam dan luar negeri—yang mempercayakan asetnya
untuk pengembangan budidaya mutiara. Untuk itu, pemerintah memberikan dukungan
sepenuhnya; mulai dari mempersiapkan
petugas penguji mutu, membuat aturan pengendalian mutu, menerbitkan
Standar Nasional Indonesia (SNI), serta menyelenggarakan ajang promosi tahunan.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, juga menyatakan
dukungan pemerintah berupa kepastian penegakan hukum terhadap bentuk kriminalisasi
apapun di industri ini. “Kepastian penegakan hukum akan menumbuhkan iklim
investasi sehat, termasuk bidang budidaya dan kerajinan mutiara,” ungkapnya. Ibu Susi meyakinkan bahwa Kementrian Kelautan
dan Perikanan (KKP) di bawah kepemimpinannya akan bebas dari pungutan liar.
:: pic source: DailySylvia :: |
In
return, Ibu Susi berharap para pengusaha di industri ini akan menjalani
bisnisnya dengan jujur, transparan, dan ber-etika. “Transparansi sangat
penting. Buka data yang real, jangan
sampai orang luar lebih kenal mutiara Indonesia daripada orang dalam negeri.
Selain itu, jalankan bisnis dengan common
sense. If it doesn’t make sense, it won’t be right!” tegasnya.
Indonesian South Sea Pearl adalah milik Indonesia. Mari bersama kita
jaga harta karun kelautan kita ini. Punya kita, mestinya buat kita juga
hasilnya.
6th
INDONESIAN PEARL FESTIVAL
Sebagai langkah pengenalan, penguatan branding, sekaligus ajang promosi Indonesia sebagai penghasil
mutiara laut selatan terbesar di dunia, Kementrian Kelautan dan Perikanan
bekerjasama dengan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia kembali menggelar event tahunan Indonesian Pearl Festival.
Tahun 2016 ini, 6th Indonesian Pearl Festival: The Magnificient Indonesian
South Sea Pearl akan berlangsung pada 9-13 November di Lippo Mall Kemang,
Jakarta.
Indonesian Pearl Festival (IPF) tahun ini akan menghadirkan pameran
mutiara terbesar, lelang mutiara, edukasi tentang mutiara, serta klinik mutiara
dan focus group discussion. Di acara
ini kita bisa belajar segala hal seputar mutiara—termasuk cara awam dan mudah
untuk menguji apakah mutiara milik kita itu asli. Bagi kita yang ingin memulai
atau sudah berkecimpung dalam bisnis mutiara, di ajang tersebut kita dapat membeli
banyak mutiara berkualitas tinggi dengan harga bersaing. Wow. Benar-benar nggak
boleh terlewatkan, nih!
Berbagai kompetisi pun digelar untuk mendukung acara ini; Lomba Desain
Perhiasan Mutiara, Lomba Foto Panorama Kelautan Indonesia, serta Lomba Menulis
Blog bertema “Menguak Tabir Indonesian South Sea Pearl Indonesia”-- Postingan
ini saya tulis dalam rangka meramaikan lomba menulis blog tersebut *wish me
luck!*
Untuk
informasi lebih lanjut mengenai 6th Indonesian Pearl Festival,
kunjungi akun Facebook: Indonesian Pearl Festival 2016, Twitter:
@indpearlfes2016, ataupun Instagram: indonesianpearlfestival2016.
22 komentar:
tokoh yang satu ini memang luar biasa. Salut dengan keberaniannya...
Wah... Semakin keren kalo kita tahu berbagai hal ttg Indonesia...
:: SATU JAM ::
"tokoh" yg dimaksud itu Ibu Susi kah? Klo iya, yes saya setuju bgt, beliau memang sangat berani dan menteri paling rock n roll! ^__^
:: Aris ::
iya yaaa.. makin tahu banyak fakta ttg Indonesia jadi makin kagum dan cinta <3
wih hasilnya sampe ton ton an ya... kaya indonesia cuma kurang tau aja... wah thank you sharingnya
Waw artikel nya keren jd paham ttg mutiarq
Waw..setelah baca artikel ini baru tau ternyata pearl itu nggak cuma ada warna putih doang... ��
Indonesia menguasai penjualan mutiara 70%, sangat lebih dari keren. Tapiiii, hmmmm....
Ikut menyimak... ☺
:: Mirna Kei Rahardjo ::
iyaaa sampe ber-ton ton begitu loh. Indonesia memang sebenernya kaya raya :') makasih ya udh mampir di sini..
:: "My Self" alias Indra Hutapea ::
makasih banyaakkk ito Indra
:: Rey Jenecekova ::
mutiara pinkish itu katanya yg favorit juga selain putih, kak Rey..
:: Widya Candra Dewi ::
yaaaa gitu deh :')
:: Nur Said R ::
makasih udh mampir mas Said!
Good article. Saya sebenernya tau sedikit juga. Btw ada yg mau saya tanyakan. Harga mutiara itu standard atau sdh diatur seperti logam mulia? Diukur dari apanya jika memang mutiara tsb bagus dan harganya menjadi mahal. Dimana bisa dilakukan transaksi mutiara tersebut. Apa harus di toko tempat kita jual beli saja. Apakah sama seperti emas? Mohon di jelaskan bun sonya...
Sangat informatif dan cukup lengkap, akan lebih bagus jika pola penulisannya diperbagusi. Mulai dari tata letak, grafis, penyajiam data dan ada beberapa kalimat yang masih typo. Semoga juara
:: Dinsil Mano ::
Hai bunda DinSil, makasih udh mampir di sini :) Sepengetahuan saya, harga mutiara ditentukan dari berbagai kriteria yg saya sebut di atas 4S1C (Shape, Shine, Surface, Size, Color). Tapi soal standardisasi harganya seperti apa--samakah dgn emas, saya jujur kurang paham. Saran saya, bun DinSil sempatkan mampir ke Indonesian Pearl Festival tgl 9-13 November nanti di Lippo Mall Kemang; di sana pasti semua pertanyaan bunda bisa terjawab ^__^
:: Mas Halfi ::
makasih atas kritik dan sarannya ya Mas Halfi :)
Mutiara Indonesia ibarat gajah di pelupuk mata tak tampak. Dikagumi mancanegara, tak dikenal saudara sebangsa
budidaya mutiara bisa jadi alternatif nelayan lokal untuk nambah penghasilan sepertinya..
:: liz ::
ahhh on point! bisa dibilang demikian ya mbak.. cukup ironis. makanya jadi PR bersama utk semakin menggaungkan soal mutiara milik bangsa sendiri
:: Putri Wijaya ::
Sepertinya begitu :) tentunya perlu skill yang mumpuni juga, krn setau saya budidaya mutiara cukup rumit dan butuh ketelatenan. terima kasih sdh mampir di sini yah..
Posting Komentar
Sudah baca artikel ini? Tinggalkan komentar ya... Thanks!